'Chapters': Yuna yang Semakin Mendunia

'Chapters': Yuna yang Semakin Mendunia

Rendy Tsu - detikHot
Selasa, 28 Jun 2016 11:15 WIB
Chapters: Yuna yang Semakin Mendunia
Jakarta - Yuna adalah satu dua dari penyanyi asal Malaysia yang saya tahu hingga saat ini. Satu lagi (tentu saja) Siti Nurhaliza. Kedua penyanyi tersebut sama-sama menggunakan hijab dan memiliki talenta kelas dunia. Namun pandangan Yuna untuk melebarkan sayap ke industri musik Amerika (atau β€œGo Internasional”, begitulah istilah media dan Agnes Mo), telah dipersiapkan dengan matang sejak awal. Hal itu semakin meyakinkan saat ia merilis β€œChapters”.

Penyanyi berumur 29 tahun ini pertama kali dikenal lewat pop acoustic dan folk dalam debut β€œYuna” pada 2012. Tahun setelahnya, ia menghadirkan album pop lembut dan menyejukkan berjudul β€œNocturnal” yang semakin menancapkan kariernya. NY Times meresensi musiknya, bermain di Lollapalooza hingga tampil di Jimmy Kimmel Live! Singkat cerita kini Yuna tidak hanya membanggakan negaranya namun menjelma menjadi simbol untuk para wanita berhijab di seluruh dunia, berbicara untuk mereka.

β€œChapters” adalah lembaran baru bagi kariernya, mungkin itu sebab Yuna membuatnya agak berbeda dengan album sebelumnya. Sebuah abum pop kontemporer yang dikonstruksi dari musik R&B. Ia berhasil meleburkan unsur ketimuran khas Asia lewat image, fashion dan karakter, dengan musik Amerika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perbedaan lain dengan β€œNocturnal”, Yuna tidak lagi sendiri, ia mendapatkan bantuan dari DJ Premium dalam menghasilkan β€˜Places to Go’, sebuah track edgy dengan lirik yang mengisahkan pencarian diri dan tempat dalam menemukan kedamaian (β€œand what is life when you are not even living?”). Kemudian mengajak mentor sekaligus penggombal sejati, Usher dalam β€˜Crush’. Dukungan juga didapatkan dari Jhene Aiko yang menyumbangkan suaranya dalam track berjudul β€˜Used to Love You’.

Jangan mengharapkan folk akustik atau balada pop; sebagian besar lagu di album ini seakan mengajak bergoyang lambat seperti β€˜Mannequin’ yang terdengar renyah sambil menjentikkan jari. Diselingi oleh banyaknya sound artifisial seperti dalam β€˜Lanes’ atau β€˜Unrequited Love’. Hanya β€˜All I Do’ yang masih menggunakan piano standard dan sedikit string (ditulisnya bersama David Foster, tidak heran). Namun, Yuna tetap mengusungnya dengan sesederhana mungkin, seperti yang sudah menjadi karakternya sejak awal.

Rendy TsuΒ (@rendytsu) saat ini bekerja sebagai Social Media & Content Strategist. Selain aktif sebagai penulis lepas, ia juga pernah menjadi Music Publicist di salah satu perusahaan rekaman terbesar di Indonesia.

(mmu/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads