Sweet 20: Versi Buat Ulang Miss Granny yang Layak Dirayakan!

Sweet 20: Versi Buat Ulang Miss Granny yang Layak Dirayakan!

Shandy Gasella - detikHot
Senin, 26 Jun 2017 16:26 WIB
Foto: Sweet 20 (Official Sweet 20)
Jakarta - Dalam film buat ulang dari 'Miss Granny' (Korea, 2014) ini, nenek tua keras kepala bernama Fatma masuk ke studio foto misterius dan secara ajaib, sekeluarnya dari studio foto, ia berubah kembali menjadi dirinya sendiri dalam usia 20 tahun. Lantas ia menggunakan kesempatan tersebut untuk meraih mimpinya yang sempat terkubur, yakni menjadi seorang penyanyi.

Keinginan untuk bisa kembali muda nampaknya merupakan angan-angan semua orang, dari pelbagai kebudayaan. Dan, ini bisa jadi satu alasan mengapa 'Miss Granny' begitu pas untuk dibuat ulang oleh pembuat film di negara mana pun di dunia ini.

Versi Indonesia yang diberi judul 'Sweet 20' ini bukanlah versi buat ulang yang pertama, beberapa negara lain seperti China, Jepang, Thailand, dan Vietnam juga telah membuat ulang versinya sendiri-sendiri dengan sedikit penyesuaian cerita yang ditambahi muatan kearifan lokal negara masing-masing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kesemua film buat ulang 'Miss Granny' meraih sukses di tangga box office, bahkan versi Vietnam dengan judul yang sama dengan versi Indonesia, 'Sweet 20', menjadi film Vietnam paling laku di negaranya sendiri pada 2015 silam.

'Sweet 20' versi Indonesia ini dibesut oleh Ody C Harahap, yang telah terbukti ahli dalam membuat film komedi-romantis seperti 'Kapan Kawin?' dan 'Cinta/Mati', Ody lagi-lagi berhasil memberikan suguhan film penuh kekonyolan, bahkan bagi penonton yang telah akrab dengan cerita dari film aslinya, film ini masih enak untuk diikuti.

Diproduksi oleh Starvision dan bekerja sama dengan CJ Entertainment, PH pemilik 'Miss Granny' versi asli, film ini praktis plek-ketiplek. 'Sweet 20' menawarkan rasa dan kesenangan yang lebih kurang sama. Penulis naskah Upi ('My Stulid Boss') tak merombak banyak struktur cerita. Plot berjalan persis sesuai film aslinya, sampai dialog pun tak begitu banyak diutak-atik.

Memindahkan semua elemen film, lantas meng-Indonesia-kannya, pembuat film tentu ingin mengulang sukses seperti apa yang telah dicapai oleh negara-negara lain yang sudah lebih dulu membuat ulang. Aktris hits kekinian Tatjana Saphira ('Stip & Pensil', 'Get M4rried') berperan sebagai Fatma dalam wujud mudanya, sedangkan dalam wujud nenek tua nan cerewet diperankan oleh aktris gaek peraih Piala Citra Niniek L. Karim ('Ibunda', 'Red Cobex').

Alkisah, Fatma dilanda masalah ketika ulahnya yang terus-terusan mengomel saban hari menyebabkan perselisihan keluarga, terutama hubungannya dengan menantu (diperankan Cut Mini Theo, 'Athirah'). Anaknya, Aditya (Lukman Sardi, 'Nightbus', '7/24') memutuskan untuk memasukkannya ke panti jompo. Kecewa dengan keputusan tersebut, Fatma pergi meninggalkan rumah. Semasa kabur dari rumah, secara tak sengaja Fatma mengunjungi sebuah studio foto, dan setelah berfoto di sana ia tiba-tiba jadi muda kembali.

Konsekuensinya, Fatma tak bisa pulang untuk menemui anak, menantu, beserta dua cucunya di rumah. Lantas dia berganti nama menjadi Mieke Wijaya, nama aktris pemain film terkenal kesayangannya. Ia kemudian menyewa kamar kos pada teman lama sekaligus pengagumnya, Hamzah (Slamet Rahardjo, 'Tjoet Nja Dhien', 'Pendekar Tongkat Emas') – si kakek yang semasa muda dulu sempat naksir dirinya. Pada saat berjumpa, Hamzah tak mengenali bahwa Mieke adalah Fatma, kasih tak sampai-nya.

Dari sini cerita berjalan dipenuhi keseruan, Mieke kemudian terlibat dalam kehidupan cucunya sendiri, Juna (Kevin Julio, 'Jagoan Instan', 'Adriana'), yang memintanya menjadi vokalis band setelah ia kedapatan menyanyikan lagu lawas dengan amat mengesankan. Ini memang terdengar konyol; ditaksir oleh cucu sendiri, dan dalam waktu bersamaan ada pula seorang produser TV, Alan (Morgan Oey, 'Mooncake Story', 'Ngenest'), yang mengejar-ngejar dirinya pula. Belum lagi Hamzah, si tua keladi yang kembali puber ingin mempersunting Fatma! Apa yang bisa diperbuat seorang nenek yang terjebak dalam tubuh seorang cewek muda?

Versi buat ulang ini sebenarnya terkesan tak begitu se-sitkom film asli besutan Hwang Dong-Hyuk. Tone film ini lembut dan lebih riang, saya suka grading-nya. Ada banyak penambahan variasi adegan pengundang tawa, membuat film ini jadi terasa "sama namun berbeda". Ini merupakan kelebihan tersendiri, walau pun di sisi lain film ini jadi kekurangan unsur kegetiran yang merupakan salah satu faktor yang membuat 'Miss Granny' jadi tak mudah terlupakan.

Ekspresi wajah Tatjana tidak sespontan atau semengejutkan yang ditampilkan oleh bintang aslinya, Shim Eun-kyung. Namun, Tatjana membuat sosok Fatma (atau Mieke?) jadi lebih mempesona dan lebih menggemaskan di film ini.

Karakter Alan dan Juna digambarkan tidak kurang dari versi Koreanya. Namun, karakter Hamzah (diperankan dengan amat istimewa oleh Slamet Rahardjo) tergambarkan dengan amat baik, melebihi karakter yang sama versi asli, sub-plot mengenai kisahnya terselesaikan hingga film usai dalam konklusi yang jenaka. Adegan penutup film ini berhasil menjawab bagaimana kisah antara dia dan Fatma berakhir.

Oh, jangan lewatkan penampilan Widyawati ('Bung Kecil', 'Surat dari Praha') di film ini! Widyawati, Slamet Rahardjo, dan Niniek L. Karim berbagi peran dalam satu frame adegan adalah sebuah tontonan tersendiri yang sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Tetapi bukan tanpa cela, 'Sweet 20' nyatanya kurang bernyali melakukan improvisasi berarti yang dapat membuatnya berbeda dari versi aslinya. Film adaptasi versi Indonesia ini masih kekurangan muatan kearifan lokal dan budaya Indonesia untuk menjadikannya satu film dengan keunikannya sendiri.

Versi China '20 Once Again' (2015), dibintangi Yang Zishan, menonjolkan si karakter utama bermain mahyong dan mengenakan qipao, busana khas wanita China, dan ia menata rambutnya dengan potongan pendek keriting yang mengingatkan era Shanghai pada 1940an. Di film ini, Fatma muda tampil plek-ketiplek sama dengan versi Korea. Walaupun diceritakan mengagumi Mieke Wijaya, dandanan Fatma versi muda, sayangnya tidak persis seperti dandanan Mieke Wijaya yang berambut panjang itu. Kontradiktif. Dalam semangat membuat ulang, hal ini penting diperhatikan baik-baik oleh pembuat film bila tak mau disebut teledor!

Bila ada faktor lain yang membuat 'Sweet 20' tetap menjadi tontonan yang baik itu mutlak berkat penampilan yang gemilang dari Tatjana Saphira. Aktris cantik penuh pesona yang satu ini memiliki kehadiran, kharisma dan kebintangan yang semakin bersinar saja.

Masih banyak film lain dari Korea Selatan yang layak dan cocok dibuat ulang, semoga film ini meledak dan disukai penonton, dan membuka kesempatan seluas-luasnya agar lebih banyak lagi film versi buat ulang meramaikan layar-layar bioskop kita. Ini lebih baik dalam hal membangun industri, ketimbang terlalu bergantung pada cerita-cerita asli yang begitu-begitu saja, seperti cerita-cerita tentang bagaimana menjadi istri sholehah, bagaimana menyikapi suami yang berpoligami, bagaimana menjadi orang kaya, atau tentang para pelawak yang berperan sebagai diri sendiri, miskin ide, dan menjemukan.

'Sweet 20' tayang pada saat yang pas, tontonlah bersama keluarga selama masa liburan ini. Selamat berlebaran, dan jangan lupa bersenang-senang.

Shandy Gasella, Pengamat film


(dal/dal)

Hide Ads