Suara Korban Atas Kelalaian Promotor Musik, Hilang Uang dan Kepercayaan

Suara Korban Atas Kelalaian Promotor Musik, Hilang Uang dan Kepercayaan

Pingkan Anggraini - detikHot
Kamis, 09 Mar 2023 20:42 WIB
Grup musik White Shoes & The Couples Company membawakan lagu dalam acara Joyland Festival 2022 di Lapangan Softball, kawasan Gelora Bung Karo, Jakarta, Minggu (6/11/2022). Grup musik White Shoes & The Couples Company membawakan sejumlah lagu diantaranya Irama Cinta, Folkor, dan Kisah Dari Selatan Jakarta.
Suara Korban Atas Kelalaian Promotor, Hilang Uang dan Kepercayaan. (Foto: Pradita Utama/detikcom)
Jakarta -

Belum lama ini, beberapa festival musik di Tanah Air memang sempat menguras emosi banyak orang yang merasa dirugikan oleh promotor dan pihak yang terkait. Beberapa konser yang disorot dianggap gagal dalam menjalani tanggung jawabnya terhadap kenyamanan, keamanan, serta kepercayaan pengunjung.

Kasus-kasus itu mulai dari festival musik yang melebihi kapasitas, pembatalan acara, proses pengembalian uang penonton yang tak kunjung usai, sampai regulasi konser yang kurang baik.

detikcom kemudian mencari beberapa korban yang kecewa dengan keadaan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terry Safira misalnya, ia mengaku menjadi korban harapan palsu dari GUDFEST 2022 yang batal digelar. Sampai saat ini uang tiketnya sejumlah Rp 1,06 juta belum juga kembali. Bahkan, pihak GUDFEST sudah kembali mengadakan acara baru tahun ini.

"Kesal banget, gimana ya, uang belum 100 persen balik tapi egois banget tetap ngadain acara baru," ujar Terry pada detikcom.

ADVERTISEMENT

Rupanya Terry pernah menyambangi GUDFEST pada 2019 dan tak memiliki masalah yang signifikan seperti sekarang. Kini ia mengaku sudah kapok dan hilang kepercayaan.

"Kalau yang 2019 lalu itu yaa nggak ada kendala, aman-aman saja. Cuma open gate-nya telat. Terus 2022 ini kacau banget sih, parah," lanjut Terry.

Kekecewaan serupa juga dirasakan oleh Panji Lambang Soeharto yang sempat mampir di Berdendang Bergoyang pada hari kedua pelaksanaan.

Kala itu, Panji hendak masuk ke dalam venue pukul 19.00 WIB, namun pihak panitia dan beberapa polisi menahannya. Alasan beberapa pengunjung tak boleh masuk ke venue konser karena sudah melebihi kapasitas.

Panji merasa sangat kecewa, karena ia sudah mengeluarkan uang untuk membeli tiket Berdendang Bergoyang demi menyaksikan idolanya, Nidji.

"Gue waktu itu nggak boleh masuk sama panitia sama polisi. Orang-orang di sekeliling gue sudah marah-marah semua, maksa masuk. Tapi akhirnya gue tetap masuk dibantu teman gue yang liputan di sana," ujar Panji kepada detikcom.

Saat itu, Panji juga melihat beberapa kejadian mencekam yang ada di sana. Misalnya aksi beberapa penonton yang hendak mendobrak pintu masuk festival, sampai aksi saling lempar benda, dan kata-kata tidak sopan kepada pihak penyelenggara.

"Chaos banget waktu itu, parah. Banyak yang ngamuk karena ya nggak boleh masuk. Bayangin, sudah bayar tapi nggak boleh masuk, kan lucu," sambung Panji.

"Nggak lagi deh gue, capek banget kalau emosi mulu, padahal niatnya mau lihat Ubay Nidji," tambahnya.

Keresahan penonton nggak cuma sampai situ saja, Fakhri Fuadi Muflih misalnya. Ia mengaku sangat kecewa dengan regulasi konser Dewa 19 di Jakarta International Stadium.

Fakhri merupakan salah satu Baladewa yang mengalami kesulitan saat hendak pulang seusai menyaksikan konser Dewa 19. Ia harus berjalan sekitar 2,4 kilometer untuk mendapatkan transportasi umum menuju JIExpo mengingat mobilnya ia parkir di sana.

Bersama salah seorang temannya, Amadea, mereka berjalan selama 3 jam menuju JIExpo. Tidak ada pilihan lain selain berjalan kaki, sebab semua rute perjalanan saat itu macet tak bergerak sama sekali.

"Memang kawasan JIS bukan kayak GBK yang kompleksnya dah tertata gitu ya. Keluar dari JIS jam 12 (malam) sampai JIExpo jam setengah 3 (pagi)," ujar Fakhri kepada detikcom.

Kata Fakhri, kemacetan itu terjadi bahkan sampai di beberapa jalanan kecil sekitaran JIS. Hal itu karena parkir liar di sekitar JIS tak ditertibkan sehingga banyak mobil berhenti di sana.

Fakhri juga merasa imbauan untuk menggunakan transportasi yang disediakan pihak penyelenggara konser Dewa 19 tak digunakan dengan baik oleh Baladewa yang hadir. Mereka memilih untuk memarkirkan kendaraannya secara liar di sekitar lingkungan JIS.

"Kalau menurut saya, ini terjadi karena imbauan naik angkutan umum tak berjalan," tutur Fakhri.

"Banyak yang masih bawa kendaraan pribadi dan parkir di parkiran liar yang dibuat preman-preman. Akhirnya shuttle yang ukurannya besar juga nggak bisa lewat," sambungnya.

Sambil berseloroh, Fakhri mengaku kecewa dengan rute perjalan pada konser Dewa 19 di JIS ini. Sambil tertawa, ia mengeluhkan rasa lelahnya karena harus berjalan jauh menuju parkiran mobilnya.

"Kecewalah saya, sudah pegal ini kaki," tutur Fakhri.




(pig/mau)

Hide Ads