Hubungan antara White Shoes & the Couples Company dan dunia sinema memang telah mesra sedari lama. Tidak hanya kerap mengisi lagu untuk film, band asal Jakarta itu juga kerap mengeluarkan karya yang berhubungan dengan dunia sinema, misalnya mini album Skenario Masa Muda (2007) yang memasukan penggalan percakapan bagaikan dalam film.
Akrabnya White Shoes & the Couples Company dengan dunia sinema pun tergambar lebih jelas dalam album baru mereka yang berjudul 2020. Sebelum mengeluarkan cakram padat (CD) reguler, mereka lebih dulu mengeluarkan rilisan fisik dalam format istimewa yang besertakan buku foto.
Dalam buku foto album 2020, White Shoes & the Couples Company menyuguhkan foto-foto yang seolah merupakan penggalan dari adegan sebuah film. Mereka juga meminta sejumlah orang untuk bekerja sama menulis sinopsis dari film imajiner tentang masing-masing lagu yang tertuang dalam buku tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari awal, kami memang bilang album ini kata kuncinya buku, film, soundtrack, jadi nyambunginnya per lagu itu adalah soundtrack dari sebuah film, filmnya apa, ya filmnya fiktif, kami karang sendiri. Untuk visual sama lagu, itu tugasnya gua sama John, kami ngobrol segala macam, John mencari tempat-tempat ajaib lah untuk ngambil fotonya," cerita Rio Farabi dalam konferensi pers virtual.
Tidak ada referensi yang merujuk pada satu film spesifik. Akan tetapi, band beranggotakan Aprilia Apsari (vokal), Yusmario Farabi (gitar), Seleh Husein (gitar), Aprimela (kibor, synthesizer), Ricky Surya Virgana (bass, cello) dan John Navid (drum) itu banyak terinspirasi dari sejumlah film Indonesia di era dulu, film-film karya Wong Kar Wai dan Jean-Luc Godard.
"Film spesifik sih nggak ada, tapi kami banyak inspirasi, itu sudah kami mix and match dari semua referensi," ungkap Rio.
Rio menambahkan, "Dari Skenario Masa Muda sudah mulai dekat sama film, kami masukin dialog-dialog, sekarang lebih dalem nyeburnya saja."
Tidak hanya mengemas album dengan sentuhan berbau sinema, judul 2020 rupanya juga berangkat dari sebuah film. Aprilia Apsari atau Sari mengatakan, memberi judul album tersebut dengan nama tahun sebenarnya telah terpikir sejak 2019 ketika belum mengetahu 2020 akan menjadi tahun yang meninggalkan kesan karena adanya pandemi virus Corona.
![]() |
Film 2046 karya Wong Kar Wai yang menginspirasi para personel White Shoes & the Couples Company memberi judul album itu dengan angka yang merujuk pada tahun.
"Jadi sebenarnya kami sudah lama dari sebelum kami tahu tahun 2020 akan pandemic, kami memang sudah ada rencana album berikutnya tahun ya judulnya. Karena beberapa waktu kami lagi sering-seringnya nonton film bareng-bareng. Lagi musim banget pemutaran film-film di komunitas organik. Ternyata film-film itu kalau ada yang kalau kita tonton berkali-kali tetap nggak membosankan," tutur Sari.
"(Salah satunya) 2046 (film karya Wong Kar Wai) itu sangat absurd isi filmnya. Paduan angka dijadiin judul album itu sesuatu yang nggak bisa dijelaskan, orang tuh punya persepsi masing-masing jadinya. Nah, ini orang-orang juga bebas punya intepretasi masing-masing akan angka itu. Dan kami benar-bbenar nggak tahu kalau 2020 akan menjadi sebuah tahun yang berharga bagi orang banyak, ada suka dukanya. Alasannya hanya karena kami suka aja angkanya," sambung Sari.
Hingga saat ini, White Shoes & the Couples Company memiliki keinginan untuk benar-benar mewujudkan film imajiner mereka. Akan tetapi, mereka masih menunggu situasi selanjutnya mengingat produksi film pasti membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Terlebih tidak mudah untuk menggarap film selama masa pandemi masih berlangsung di Indonesia.
Namun, dalam waktu dekat ini, mereka akan mengeluarkan video klip Irama Cita dalam format film pendek berdurasi tujuh menit.
"Untuk terdekat ini, yang bisa diwujudkan itu film pendek, Irama Cita, kami merilis video klipnya film pendek bersama Anggun Priambodo," kata John.
(srs/dal)