OK Human dari Weezer Adalah Album Orkestra Tentang Kebutuhan Koneksi

OK Human dari Weezer Adalah Album Orkestra Tentang Kebutuhan Koneksi

Dyah Paramita Saraswati - detikHot
Rabu, 03 Feb 2021 12:52 WIB
LAS VEGAS, NV - SEPTEMBER 20:  (L-R) Musicians Brian Bell, Rivers Cuomo, Pat Wilson, and Scott Shriner of Weezer perform onstage during the 2014 iHeartRadio Music Festival at the MGM Grand Garden Arena on September 20, 2014 in Las Vegas, Nevada.
Weezer. Foto: Ethan Miller/Getty Images for iHeartMedia
Jakarta -

Weezer merilis album berjudul OK Human baru-baru ini. Album itu menjadi album studio ke-14 dari band asal Amerika Serikat tersebut.

Ada 12 lagu dalam album tersebut, dibuka dengan All My Favorite Songs, diikuti dengan Aloo Gobi, Grapes of Wrath, Numbers, Playing My Piano, Mirror Image, Screens, Bird with a Broken Wing, Dead Roses, Everything Happens for A Reason, Here Comes the Rain, dan ditutup dengan La Brea Tar Pits.

Ada eksplorasi menarik yang mereka lakukan dalam album OK Human, dalam album ini, mereka menggunakan orkestra dalam aransemennya. Berbeda dari karya-karya Weezer sebelumnya, dalam OK Human, mereka tidak menggunakan gitar elektrik sebagai instrumen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam wawancara dengan NME, Rivers Cuomo menyebutkan, "Perangkat elektronik sangat kami batasi sehingga tidak ada satupun gitar elektrik di album, ini cukup mengejutkan bagi Weezer."

Pada wawancara tersebut, Weezer mengatakan bahwa OK Human merupakan respons dari album milik Radiohead, OK Computer (1997). Ketika menulis materi untuk OK Human, Cuomo mengaku sedang cemas atas laju teknologi yang begitu pesat.

ADVERTISEMENT

Dirinya cemas memikirkan apabila suatu hari teknologi mengambil alih peran pemain musik. "Selama bertahun-tahun permainan musik fisik dengan instrumen fisik, (misalnya) memetik senar logam dan menabuh drum kayu, menjadi bagian yang semakin kecil dari apa yang benar-benar orang dengarkan," kata dia.

Dia lalu membandingkan keadaan hari ini, dengan ketika Radiohead merilis OK Computer di 1997. "Radiohead di pertengahan 1990-an sedang bereksplorasi dengan apa yang mereka bisa lakukan dengan teknologi," ungkapnya.

"Mereka datang dari tempat yang mirip dengan kami, yaitu menjadi band rock alternatif. Mereka lalu bereksperimen dengan jenis dan bebunyian loop dan efek untuk menciptakan lanskap (suara) yang futuritik dan (terdengar) luar biasa pada saat itu," cerita Rivers Cuomo.

NEW YORK, NY - SEPTEMBER 17:  Rivers Cuomo of Weezer performs onstage during the Meadows Music and Arts Festival - Day 3 at Citi Field on September 17, 2017 in New York City.  (Photo by Mike Coppola/Getty Images)Rivers Cuomo. Foto: GettyImages

Namun, saat ini bagi Rivers Cuomo, hal itu tidak lagi menjadi eksplorasi. Hal itu menjadi normal baru bagi musikus. "Saat ini, beberapa dekade setelahnya, aku tidak merasa ada dalam posisi berada dalam fantasi teknologi tersebut. Itu telah menjadi norma," ujarnya.

Seolah membalikan apa yang dilakukan Radiohead dulu, Weezer mengganti teknologi musik dengan orkestra. Dia juga menekankan tentang koneksi manusia dalam OK Human.

"Kita sekarang berada di dunia ketika teknologi telah mengambil alih keseharian kita, termasuk peran musisi. Jadi, sedikit jawaban dari judul Radiohead tampaknya tepat," jelas Rivers Cuomo.

Menurutnya, ini adalah waktu yang tepat untuk mengeluarkan OK Human di masa pandemi ketika orang-orang harus mengkarantina dirinya. "Ini tentang bagaimana rasanya terisolasi, teralienasi dan terpencil," kata dia.




(srs/dar)

Hide Ads