Rupadhatu Gabungkan Unsur Etnik dan Pop Folk dalam Lagu

Rupadhatu Gabungkan Unsur Etnik dan Pop Folk dalam Lagu

Dyah Paramita Saraswati - detikHot
Jumat, 06 Nov 2020 20:04 WIB
Rupadhatu rilis album baru.
Foto: dok. Rupadhatu
Jakarta -

Rupadhatu merupakan grup musik yang terbentuk pada 2014. Saat itu, beberapa personelnya mencoba bermusik untuk menghindari kejenuhan di sela-sela proses merampungkan tugas akhir di masa kuliah.

Saat ini, band tersebut beranggotakan Azhar Sacawiruna (vokal, gitar, suling), Moh. Hakim (gitar, elektronik instrumen), Zajran (drum), dan Raynaldi Wahyu (perkusi).

Meski terbilang baru, akan tetapi mereka memiliki tujuan yang besar untuk mengangkat kembali musik etnik Indonesia. Rupadhatu kemudian mengawinkan bebunyian tradisional Indonesia dengan musik pop.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami pribadi merasa perlu untuk mengenal dan mempelajari kembali budaya asli Indonesia lewat alat musik dan nada-nada khas Indonesia. Tentunya dengan harapan kami dapat turut membantu melestarikan dan menularkan kembali semangat budaya pada masyarakat luas," ujar Sacawiruna melalui keterangan tertulis pada detikcom, baru-baru ini.

Nama Rupadhatu diambil dari salah satu tiga tingkatan konsep kehidupan dalam kosmologi Buddha yang berarti ranah wujud. Bagi mereka nama itu sesuai dengan musik yang mereka usung.

ADVERTISEMENT

"Filosofinya Rupadhatu adalah tingkatan kedua dari tiga tingkatan spiritual dalam kosmologi Buddha, Rupadhatu diisyaratkan sebagai dunia yang sudah dapat melepaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk," jelasnya.

"Tidak jauh berbeda dengan rupa dan bentuk dalam meracik musik, meskipun kami menyadari dan menerima musik etnik sebagai genre musik yang harus dilestarikan, kami masih terikat oleh genre pop dan modern. Kami mencoba untuk memadukan musik pop dan folk dengan musik etnik asli Nusantara," sambung dia lagi.

Belum lama ini, Rupadhatu mengeluarkan mini album berjudul Mana. Di dalamnya terdapat lima lagu yang dibuka oleh Nirmana, dilanjutkan dengan Ongkara, Aku (Musikalisasi Puisi Chairil Anwar), Altar dan ditutup dengan Tigris Sondaica.

Mana yang dipilih sebagai judul album berarti energi yang tidak kasat mata. "Mungkin kalau di kita kayak psikis, hal-hal yang berbau batin perasaan tidak berwujud tapi terasa nyata," tuturnya.

[Gambas:Youtube]



(srs/aay)

Hide Ads