Tahun ini, JOOX yang merupakan salah satu perusahaan streaming musik telah berusia lima tahun di Indonesia. Sebagai salah satu platform musik digital yang pertama hadir di Indonesia, perusahaan yang berada di bawah Tencent itu mengalami berbagai lika-liku.
Menurut Head of JOOX Indonesia, Peter May, salah satu tantangan terbesar yang dirasakan oleh JOOX saat awal mula kehadirannya adalah bagaimana memperkenalkan cara baru dalam mendengarkan musik pada pendengar musik yang belum terbiasa dengan produk teknologi digital.
"Secara infrastruktur ada upaya yang lebih ekstra untuk masuk ke segmen yang lebih suka mendengarkan musik dengan cara yang konvensional. Mereka tidak terlalu familiar dengan ekosistem digital," ujar Peter May dalam wawancara terbatas, baru-baru ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Bertahan di Masa Pandemi dengan Lagu |
Peter May juga menyebutkan, Indonesia adalah pasar yang potensial karena memiliki banyak penduduk. Akan tetapi, belum semua wilayah di Indonesia memiliki akses internet yang merata.
Tentunya hal itu menjadi tantangan tersendiri karena layanan stremaing musik digital sangat mengandalkan internet sebagai aksesnya.
Selain itu, membangun kepercayaan pelanggan juga menjadi salah satu hal yang menjadi tantangan tersendiri. Terlebih ketika mereka ingin menjangkau pasar yang lebih luas di luar Ibu Kota.
"Bagi kami atau platform digital yang ingin berkembang lainnya, kesulitan terbesar adalah membangun kepercayaan kepada para pengguna baru di tengah masyarakat," tutur dia.
![]() |
"Ada banyak peluang untuk melancarkan penetrasi di indonesia tapi bagaimana kami bisa meningkatkan jumlah pengguna di luar kota-kota besar," sambung dia.
Sedangkan Yuanita Agata selaku Head of Marketing JOOX Indonesia menyebutkan, masyarakat Indonesia begitu beragam dan memiliki selera dan preferensi yang berbeda-beda.
Hal tersebut turut menjadi tantangan untuk perusahaan streaming musik untuk menyajikan katalog dan konten yang bisa masuk ke semua kalangan.
"Kami melihat Indonesia begitu luas dan diverse, jadi bagaimana kami bisa memberikan konten-konten yang disukai ke setiap kalangan, tidak hanya mainstream, tapi kita melengkapi library kami dengan semua konten yang sesuai dengan kebutuhan dan relevan dengan audiens kami," jelasnya.
Terlepas dari lika-liku yang dihadapi oleh perusahaan streaming musik, bagi pengamat musik Wendi Putranto, cara baru mendengarkan musik secara digital sebenarnya telah membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi bisnis musik secara keseluruhan.
Adanya platform streaming dengan katalog yang luas, cara memutar lagu yang lebih mudah dan harga berlangganan yang lebih terjangkau ketimbang membeli rilisan fisik, turut memerangi adanya pembajakan.
Disebut oleh Wendi, kemudahan dan kelengkapan koleksi lagu itu membuat pendengar musik yang sebelumnya mengunduh lagu secara ilegal kini beralih pada platform resmi.
"Sekarang, melalui platform streaming musik, kita bisa bebas memilih dan dapat mengontrol sendiri lagu apa yang ingin kita dengarkan kapan pun dan di mana pun," ungkap Wendi.
![]() |
"Kalau bicara masalah pembajakan, justru lima tahun terakhir ini semenjak platform banyak bermunculan, saya melihat ini efektif untuk menghentikan," sambung dia.
Wendi menambahkan perubahan cara mendengarkan lagu itu yang pada akhirnya berhasil membunuh pembajakan. "Pola konsumsi masyarakat sudah berubah, pembajaknya pun bangkrut sekarang," ujarnya lagi.
Sedangkan menurut musisi Andmesh Kamaleng, adanya platform musik digital pada akhirnya memberikan wadah yang lebih mudah bagi para musisi untuk menunjukkan karyanya.
Dia menyebut, saat awal merintis karier, dirinya yang berasal dari Kupang yang notabene bukan kota besar berhasil mendapat sorotan berkat adanya digitalisasi di industri musik.
"Menurut saya, peran platform digital sangat besar dikarenakan begitu mudah diakses dan dijangkau oleh siapapun. Kapanpun dimanapun, yang penting kalian punya kuota dan jaringan yang bagus di daerah, kalian mau mendengarkan karya-karya dari Andmesh kalian tinggal search," urainya.
Bagi musisi, mengunggah karya ke platform layanan streaming musik pun terbilang mudah. Mereka tinggal memiliki lagu yang ingin mereka bagikan dan memasukkannya ke layanan streaming melalui aggregator.
Untuk merayakan lima tahun JOOX di Indonesia, perusahaan streaming musik itu membuat acara bertajuk Parade JOOX Lima yang dimulai dari 12 hingga 28 Oktober 2020.
Sejumlah musisi pun mengisi rangkaian acara tersebut, dimulai dari Mahen, Rara LIDA, Sivia Azizah, Andmesh Kamaleng, Iwa K, Ramengvrl, D'MASIV, Mutia Ayu, Ndarboy Genk dan lain-lain.
(srs/doc)