Barasuara kini menjadi band yang dielu-elukan banyak penggemar yang menamai diri mereka Penunggang Badai. Dua album yang mereka rilis 'Taifun' (2015) dan 'Pikiran dan Perjalanan' (2019) terbilang sukses.
Namun jauh sebelum memperoleh kesuksesan di Barasuara, tak banyak yang tahu Iga Massardi menjalani kehidupan yang tidak mudah.
"Banyak orang yang nggak tahu kalau kita memulai dari titik yang paling rendah," ujarnya dalam sebuah diskusi yang berlangsung di Pamulang, Tangerang Selatan, baru-baru ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Musik Sebagai Pelipur Lara |
Singkat cerita, akhirnya Iga bertekad untuk hidup dari musik yang dirasanya sebagai panggilan jiwa. "Pada saat itu bagaimana musik menjadi tools kita untuk bertahan. Kita pasti punya saat-saat dimana kita jatuh dan ada di rock bottom, tapi bagaimana musik bisa membuat diri kita bangkit," ungkapnya.
Di masa-masa itu, Iga Massardi akhirnya mendengarkan lagu-lagu The Strokes yang bisa membuat dirinya merasa lebih tenang dan lebih baik. Baginya, lagu-lagu yang dibawakan oleh Julian Casablancas cs berhasil membuatnya terinspirasi.
"Dalam kasus gue, gue menemukan The Strokes. Itu musik yang cukup kenceng. Jadi lagu yang bisa menyelamatkan kalian itu nggak harus lagu sedih sebenernya," kata Iga.
Musik tak hanya ia jadikan pelarian dari kesedihannya, namun juga bidang yang akhirnya bisa memberikannya penghidupan dan mata pencaharian. "Bagaimana gue mendengarkan album-album itu (musik dari musisi kesukaan) sebagai motivasi gue untuk membuat musik," tuturnya.
(srs/nu2)