Mereka adalah Kripik Peudeus, yang telah eksis sejak tahun 1997. Pada saat itu, aliran musik ini bisa dibilang belum populer di Indonesia.
"Disini booming-nya musik yang dikenal juga sebagai hip metal itu baru tahun 1999, saat Limp Bizkit hadir," kata Gusse Adhitya kepada detikHOT, Rabu (18/9/2013).
Kini band Kripik Peudeus digawangi oleh lima orang personil, Fandy a.k.a DFMC (vokal dan gitar), David a.k.a Dey-V E (rapper), Emil (gitar), Ibong (bass) dan Gusse (drum). Formasi ini telah mengalami perubahan formasi, saat berdiri tahun 1997, personilnya adalah Gusse, Ibong, Dadi dan Wawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan singkatan dari Kripik Peudeus itu adalah Kericuhan Pikiran Pemuda-Pemudi Desain Usakti. "Ini versi becandaan kita aja," kata David Tandayu.
Dari panggung-panggung kampus, band yang dari awal memang mengusung aliran musik rap rock ini, mulai terdengar namanya di acara-acara indie pada saat itu. Mereka sudah mulai membawakan lagu-lagu karya sendiri, namun hanya diperdengarkan saat berada di panggung saja.
Wacana untuk membuat album akhirnya muncul tahun 2001, ketika David dan Fandy mendapat tawaran untuk mengisi jingle iklan. "Dari kesempatan itu, jadi mendapat cukup dana untuk bisa rekaman. Akhirnya bisa masuk studio, juga ditambah bayaran saat manggung-manggung yang kita tabung."
Akhirnya pada tahun 2002, mereka membuat label rekaman indie sendiri, Sirkus Rekord dan memproduksi album pertamanya, bertajuk Rockin’ Da Rap Empire dengan single pertama berjudul Lepas Kendali.
Album yang lahir dengan semangat swadaya ini, dijual langsung saat mereka sedang manggung, di distro dan toko produk rekaman Aquarius. Gusse menjelaskan bahwa mereka memproduksi CD sebanyak seribu keping, dan ini terjual habis.
Diluar rencana, album mereka dilirik oleh salah satu label major, Forte Record. Maka pada 2003, mereka membuat versi re-packaged dari album pertama dan mempromosikan album lewat tayangan MTV Indonesia. Album “Rockin’ Da Rap Empire” juga dirilis di Malaysia.
***
Saat memasuki proses menggarap album kedua, masa yang penuh ujian bagi Kripik Peudeus pun hadir. "Saat itu kita sudah banyak kesibukan, sudah mulai mikir kerja. Ngeband itu sempat yang dipertanyakan mau dibawa kemana," kata Gusse.
Sampai akhirnya mereka tetap berusaha memproduksi materi, tapi, disaat yang bersamaan gitaris dari formasi pertama mengundurkan diri.
"Pusing banget enggak punya gitaris, banyak yang sempat bantuin kita juga saat itu. Hingga akhirnya ketemu Emil, gitaris Agrikulture yang diperkenalkan oleh Fandy."
Emil pun menceritakan bahwa ia dan Fandy sudah lebih lama kenal musikalitas masing-masing sejak berada di Agrikulture, lalu ia berkenalan dengan Gusse dan mencoba untuk mencoba manggung bersama. "Ketika nge-jamm bareng Emil, itu berasa kayak darah segar disuntikkin lagi, tadinya sudah berasa basi banget. Jadi klop banget dari awal," kata Gusse.
Produksi album kedua bertajuk 'Idioritma' pun selesai dan rilis pada tahun 2009. Namun dari kedua pihak belum ada pembicaraan untuk meresmikan status Emil dalam band.
"Akhirnya pertengahan tahun 2010 ini diresmikan. Dan gue pun senang banget, karena mereka ada sebelum era hip metal itu jaya disini," kata Emil Pahlevi. Bersama Emil Kripik Peudeus pun tampil di festival Java Rockin’ Land 2010.
Kini mereka kembali menjawab tantangan baru dalam musik, yakni untuk membuat versi akustik dari aliran hip metal atau rap rock. Ini merupakan nuansa yang benar-benar baru bagi Kripik Peudeus dan dirangkum dalam album ketiga mereka, #Kripcoustic E.P. "Ini bertepatan dengan ulang tahun kita yang ke-15 tahun lalu," ujar David.
(utw/utw)