Russell Crowe sempat membuat heboh beberapa negara setelah membuat film The Water Diviner pada 2014. Film berisikan sejarah perang Gallipoli tersebut menuai beberapa kritik dan juga pujian usai dirilis.
Diangkat dari sebuah novel karangan Andrew Anastasios dan Dr Meaghan Wilson-Anastasios dengan judul serupa, Russell Crowe sepertinya mengambil resiko besar mengingat ini adalah debutnya sebagai sutradara.
Mereka memotret bagaimana kejadian tragedi Gallipoli pada Perang Dunia I, di mana ada 8000 pasukan Australian dan Selandia Baru (Anzacs) yang menghilang atau tiada dalam peperangan tersebut.
The Water Diviner sendiri berkisah tentang sang protagonis, Joshua Connor (Russell Crowe) yang mengunjungi Turki untuk mencari lokasi pemakaman atau pun jenazah ketiga putranya yang menjadi korban perang di Gallipoli.
Ia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke sana setelah sang istri, Eliza (Jacqueline McKenzie) jatuh dalam depresi berat dan memutuskan bunuh diri usai para putranya menghilang. Joshua pun berjanji untuk mencari ketiga putranya itu dan memakamkan di sebelah mendiang istrinya.
Perjalanannya di Turki pun membuat sebuah perspektif baru terkait negara yang pernah dipimpin oleh Mustafa Kemal Ataturk itu.
![]() |
Apalagi pasca kemenangan mereka dalam perang Gallipoli, tanggal 25 April pun dijadikan sebagai Hari ANZAC untuk mengenang para korban.
Joshua bahkan turut dibantu oleh Mayor Hasan (Yilmaz Eredogan) untuk membujuk petinggi ANZAC agar bisa memasuki area pemakaman pasukan tersebut untuk mencari putra-putranya. Ia pun akhirnya menemukan jika dua dari tiga anaknya telah meninggal di sana. Lalu ke mana satunya lagi?
Hal itu menjadi motivasi baru Joshua di dalam film tersebut. Beragam adegan dan kedekatan antara Joshua dengan Mayor Hasan menjadi suguhan yang cukup menarik dengan fakta-fakta sejarah yang detail.
Sebagaimana sejarah, tentunya ada beragam perspektif dari sebuah kejadian dan hal itu tak bisa dimuat secara keseluruhan seperti yang dikeluhkan oleh beberapa komunitas Armenia yang merasa ditinggalkan karena tak dibahas soal tragedi genosida bangsanya.
Atau kekesalan komunitas Yunani yang merasa dijadikan 'penjahat' karena menyerang Turki seperti yang digambarkan di dalam film tersebut.
Terlepas dari semua hal itu, film The Water Diviner menjadi suguhan yang menarik dengan sudut pandang yang lebih fresh atas tragedi memilukan yang terjadi pada era Perang Dunia I. Film tersebut pun laris manis dan mendapatkan sambutan meriah hingga box office di Turki dan Australia.
Simak Video "Detik-detik Gedung Runtuh di Turki Saat Kendaraan Melintas"
[Gambas:Video 20detik]
(ass/nu2)