Produksi film Indonesia berusaha untuk tetap berlangsung meski pandemi belum mereda. Hal itu tentu bukan tanpa tantangan.
Ada aturan baru yang diterapkan demi menjaga produksi tetap jalan sekaligus steril dari wabah Corona.
Upaya ini menelan biaya sendiri dari keseluruhan produksi sebuah film. Produser Chand Parwez Servia mengungkapkan hal tersebut tak terhindarkan membuat biaya produksi film meningkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara biaya, kita memang meningkat sampai 30 persen daripada situasi yang normal," tuturnya saat dihubungi detikcom, Jumat (25/9/2020).
Kesehatan memang menjadi perhatian utama. Di lokasi syuting yang sutradara Rako Prijanto jalani, syuting dilakukan sambil rutin dilakukan rapid test secara rutin.
Hal ini sebagai antisipasi kemungkinan COVID-19 yang dapat menyebar dan membuat klaster baru.
"10 sampai 12 hari sekali kami rapid, semua extras yang baru datang jumlahnya kami rapid. Ada penyemprotan disinfektan sebelum dan sesudah kami syuting. Terus protokol jaga jarak, bergantian di set," ungkap sutradara Teman Tapi Menikah 2 ini dan sekuel Warkop DKI Reborn.
Di lokasi syuting film Keluarga Slamet yang kini ditangani Rako, produksi film ini bahkan tak mau ambil risiko lebih besar dengan membatasi rapid test.
"Kami tidak menerima orang luar siapa pun itu kalau pun ada satgas COVID-19 yang datang atau aparatur negara yang datang memantau, kalau beliau-beliau yang mau datang ke set nih harus rapid," imbuhnya.
Syuting di momen pandemi memang menantang. Situasi seperti ini memang melumpuhkan banyak sektor termasuk industri film sendiri.
Elemen eksibisi film yakni bioskop di antaranya yang paling merasakan dampaknya. Sejak puncak pandemi akhir Maret lalu, jaringan bioskop kini belum dapat kembali buka untuk memutar film.
(doc/tia)