'Hollywood': Sebuah Fantasi Gemerlapnya Dunia Hiburan

'Hollywood': Sebuah Fantasi Gemerlapnya Dunia Hiburan

Candra Aditya - detikHot
Kamis, 07 Mei 2020 13:40 WIB
Serial Netflix Hollywood
Foto: Dok. Netflix
Jakarta -

Ryan Murphy adalah salah satu kreator serial televisi tersibuk di dunia. Dia tidak pernah berhenti menciptakan sesuatu. Saking banyaknya, hasil kreasi dari Murphy bahkan bisa dikotak-kotakkan ke dalam beberapa kategori. Ada serial yang memang sengaja dibuat untuk tertawa senang-senang alias hiburan saja (Glee, American Horror Story, Scream Queens, 9-1-1) dan yang kedua adalah serial-serial yang mahal, mengkilap, yang penuh dengan social content dan commentary (Nip/Tuck, American Crime Story, Feud, Pose). Menariknya dari karya-karya Murphy, semenggelikan apapun premis yang dia lempar (cerita tentang glee club dan struggle-nya, kurang menggelikan apa lagi coba?), dia selalu berhasil meraih penonton. Mungkin itu sebabnya Netflix tidak berlama-lama untuk mengajaknya bekerja sama.

'Hollywood', mini seri terbarunya yang ia buat untuk Netflix setelah The Politician yang ia rilis tahun lalu (yang juga akan rilis musim keduanya beberapa bukan lagi), adalah hiburan yang dibungkus bahwa ini seolah-olah sebuah maha karya yang penting. Tentu saja dengan budget Netflix yang tidak terbatas, Murphy dan co-creator-nya, Ian Brennan (yang juga mengerjakan Glee, Scream Queens dan juga The Politician bersama Murphy), bisa dengan mudah menciptakan dunia yang indah dan terlihat realistis.

'Hollywood' adalah sebuah utopia tentang orang-orang yang bermimpi menjadi bintang paling bersinar di langit. Agaknya menjadi bintang film dan aspirasi semua orang adalah topik yang tidak pernah habis untuk dibahas. Dalam episode pertamanya kita bertemu dengan Jack Castello (David Corensweet, yang menjadi katalis penting dalam The Politician, kali ini juga menjadi produser eksekutif mini seri ini), seorang veteran perang yang bermimpi menjadi aktor. Seperti halnya karakter Emma Stone dalam 'La La Land', tidak ada yang ia inginkan selain berenang di layar perak. Itu sebabnya dia dan istrinya harus struggling karena Jack memilih untuk antri setiap pagi di depan studio agar dia dipilih jadi figuran. Berkompetisi dengan ratusan orang yang mempunyai mimpi yang sama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Serial Netflix 'Hollywood'Serial Netflix 'Hollywood' Foto: Dok. Netflix


Bukan proyek Ryan Murphy namanya kalau tidak ada aspek yang mengejutkan. Di sebuah dunia yang menceritakan tentang jaman keemasan film Hollywood tahun 1947, kita segera bertemu dengan karakter-karakter lain yang mempunyai mimpi yang sama. Archie Coleman (Jeremy Pope) adalah seorang penulis berkulit hitam yang ingin sekali berkarya. Tapi jaman tersebut diskriminasi terhadap orang-orang kulit hitam sedang keras-kerasnya. Itu sebabnya dia mengiyakan ajakan Jack untuk menjadi gigolo di sebuah bisnis prostitusi berkedok SPBU (saya tidak bercanda) yang dimiliki oleh Ernie (Dylan McDermott, juga langganan Murphy).

Selain Ernie ada Raymond Ainsley (Darren Criss, lagi-lagi langganan Murphy), pria blasteran Filipina yang ingin menjadi sutradara. Kekasihnya adalah seorang aspiring actor berkulit hitam bernama Camille (Laura Harrier). Keduanya berjuang keras agar mereka diakui di Hollywood yang pada waktu itu sedang rasis dan seksis.

Kemudian Ernie menulis sebuah skrip luar biasa. Semua orang menginginkannya. Avis (aktor Broadway legendaris Patti LuPone) menggantikan suaminya yang sedang sakit untuk menjadi pemimpin studio. Dia memutuskan untuk mengiyakan skrip yang sensasional ini. Keputusan demi keputusan dilakukan. Dan pada ahirnya semuanya berakhir dengan confetti indah berterbangan dari langit.

ADVERTISEMENT

Serial Netflix 'Hollywood'Serial Netflix 'Hollywood' Foto: Dok. Netflix


Ada banyak karakter dan kejadian yang dicomot dari dunia nyata dalam mini seri 'Hollywood' ini. Tapi yang menarik bukan hal tersebut. Yang menarik adalah bagaimana Ryan Murphy dan Ian Brennan menjadikan hal tersebut sebagai bumbunya. Yang mereka lakukan dalam 'Hollywood' ternyata adalah mereka ulang sejarah. Seperti yang dilakukan oleh Quentin Tarantino dalam film-filmnya.

Era yang digambarkan oleh Hollywood adalah sebuah era yang cukup depresif. Dunia masih belum recover dari Perang Dunia II. Amerika masih sangat rasis dan seksis. Masih banyak orang-orang kulit hitam dijadikan budak. Banyak sekali orang-orang LGBTQ yang di-bully dan itu sebabnya banyak dari mereka menyembunyikan identitas mereka yang sebenarnya. Dengan background pembuatan sebuah film, Murphy dan Brennan memutuskan untuk menjadikan mini seri ini sebuah aspirasi. Bahkan dalam salah satu adegan, salah satu karakter dalam mini seri ini berkata bahwa film bukan hanya sekedar film. Dia bisa menjadi inspirasi.

Jadi jangan kaget kalau apa yang terjadi di dunia nyata tidak terjadi dalam 'Hollywood'. Dalam 'Hollywood', seorang penulis kulit hitam bisa berhasil memproduksi filmnya. Seorang aktris berkulit hitam menjadi pemeran utama dalam sebuah film Hollywood. Seorang aktor gay akhirnya bisa come out di publik dan bergandengan tangan. Ketika Anda sampai di akhir episode, Anda mungkin akan tersadar bahwa mini seri Ryan Murphy kali ini adalah sebuah fantasi.

Hal tersebut mungkin bisa jadi poin terlemah dalam 'Hollywood'. Murphy dan Brennan bisa saja membuat sebuah potret yang realistis seperti yang ia lakukan dalam 'Feud' yang juga memiliki latar belakang cerita yang sama. Tapi mungkin mereka memang sedang ingin bersenang-senang. Itulah sebabnya semua permasalahan dalam mini seri ini cepat selesai. Semua konflik dalam mini seri ini akan selesai dalam 30 menit kemudian. Semua hal yang membuat Anda jungkir balik (seperti misalnya karakter yang ketahuan bahwa dulunya dia adalah gigolo), akan diselesaikan dalam waktu yang sangat cepat.

Meskipun begitu 'Hollywood' tetap asyik untuk ditonton karena tidak hanya Murphy dan Brennan mengisinya dengan barisan plot yang cukup menghibur tapi karena aktor-aktornya memberikan yang terbaik untuk proyek ini. Karakter-karakter dalam Hollywood terasa meyakinkan karena Murphy dan Brennan mempunyai barisan cast yang sangat komit dalam bermain. Dilengkapi dengan presentasi teknis yang ciamik, semua hal tersebut menjadikan Hollywood sebagai tontonan yang luar biasa menghibur. Kalaupun apa yang dipertontonkan oleh Murphy dan Brennan adalah ilusi belaka, Anda akan tetap terbuai oleh magisnya sampai di akhir episode.

Hollywood dapat disaksikan di Netflix


Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.

(aay/aay)

Hide Ads