Dari semua produk terbaru keluaran Netflix, 'Never Have I Ever', sebuah serial komedi yang dibuat oleh Mindy Kaling dan Lang Fisher mungkin merupakan tontonan yang paling asyik untuk dikunyah. Dengan 10 episode dan berdurasi 30 menit-an setiap episodenya, 'Never Have I Ever' adalah sebuah tontonan fresh yang semua bumbu terpentingnya kuat. Komedinya terasa, gemas-gemas romansanya dominan dan dramanya pun kuat.
Tokoh utamanya adalah Devi (Maitreyi Ramakrishnan), seorang gadis remaja India yang tinggal berdua dengan ibunya, Nalini (Poorna Jagannathan). Ayah Devi, Mohan (Sendhil Eamamurthy), meninggal secara tiba-tiba delapan bulan lalu. Devi sepertinya tidak bisa berduka dengan sehat karena tiba-tiba kakinya berhenti berfungsi. Untungnya dia punya dua sahabat yang baik, Eleanor (Ramona Young) dan Fabiola (Lee Rodriguez), yang siap membantunya kapan saja.
Kemudian ada Paxton Hall-Yoshida (Darren Barnet), seorang siswa yang saking gantengnya bisa membuat Devi bisa menggunakan kakinya lagi. Untuk itulah Devi sekarang berniat untuk merubah citranya dari gadis baik-baik yang selalu berkompetisi dengan cowok nerd lainnya, Ben Gross (Jaren Lewinson), menjadi seorang cewek populer. Bisakah Devi melakukannya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak susah untuk melihat bahwa 'Never Have I Ever' terinspirasi banyak film-film remaja sebelumnya, terutama karya-karya John Hughes. Semua trope yang ada dalam film remaja ada disini. Perseteruan dengan orang tua, drama dengan sahabat sendiri sampai bingung akan memilih cowok mana. Dari awal pertemuan Devi dengan Ben yang kemudian dielaborasi bahwa mereka adalah musuh bebuyutan, sudah terlihat jelas bahwa 'Never Have I Ever' akan memberikan kisah cinta segitiga yang klasik.
Tapi semua hal klise tersebut ternyata bisa digarap dengan baik bahkan brilian sehingga 'Never Have I Ever' berakhir menjadi tontonan yang cukup fresh. Salah satu faktor yang membuat Never Have I Ever tetap terasa baru meskipun semuanya terasa familiar adalah karena kreatornya memberikan identitas yang jelas kepada karakter-karakternya.
Mindy Kaling yang terkenal dari serial 'The Office' dan 'The Mindy Project', menggambarkan sebuah budaya dan tradisi keluarga India di Amerika dengan cukup detail sehingga penonton manapun akan bisa relate dengan drama yang dialami oleh karakter-karakternya, terutama Devi.
Meskipun appeal utama 'Never Have I Ever' adalah tentang remaja cinta-cintaan, yang membuat serial ini tetap kuat adalah konflik utamanya yang menghantui sepanjang musim. Dinamika keluarga antara Devi, ibu dan bapaknya yang meninggal adalah sesuatu yang patut dicermati dari serial ini.
Bagaimana cara berduka dengan benar juga menjadi salah satu hal yang digaris bawahi disini. Sesuatu yang akhirnya menjadi motivasi utama setiap kali Devi melakukan sesuatu.
Dengan 10 episode dan durasi yang singkat ternyata pembuat serial ini tidak hanya fokus dengan drama Devi saja. Karena mereka masih memberikan spotlight untuk karakter-karakter di sekitar Devi yang juga sangat menarik. Ada kisah tentang Kamala (Richa Moorjani), sepupu Devi yang terpaksa harus mengikuti kehendak keluarga untuk dinikahkan dengan pilihan keluarga.
Ada Eleanor yang punya mother issues, ada Fabiola yang struggling dengan seksualitasnya dan ada Ben yang mempunyai abandonement issues. Bahkan Paxton yang digambarkan sebagai cowok paling hot di sekolah pun punya insecurity.
'Never Have I Ever' tidak akan menjadi tontonan yang asyik kalau aktor-aktornya gagal. Selain hampir semua pemain serial ini terlihat sungguh tampan dan cantik, mereka juga memerankan karakter mereka dengan sangat apik. Chemistry antara satu pemain dengan pemainnya sungguh terjaga sehingga Anda pun bisa dengan mudah masuk ke dalam dunia remaja penuh warna-warni ini.
Dengan ending yang bikin dag-dig-dug, 'Never Have I Ever' akhirnya menjadi sebuah tontonan yang paling pas untuk menemani Anda di rumah. Siap-siap untuk mengarungi dunia Devi yang penuh canda, tawa, tangis dan juga cinta. Hal-hal yang hanya bisa Anda temui di sebuah kisah percintaan anak SMA yang menggemaskan.
'Never Have I Ever' dapat disaksikan di Netflix.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(dal/dal)