Menurut sang sutradara, ada perbedaan jelas untuk aktor yang lahir dari dunia yang serba gampang. Salah satunya adalah kesulitan memainkan karakter.
Hanung menyebut karakter Minke sebagaimana yang dituliskan Pram di novelnya adalah anak muda, berusia 19 tahun, pintar, anak keluarga yang mendapat kemudahan alias anak pejabat dan kaya.
![]() |
Karakter tersebut dianggap sangat cocok dengan Iqbaal. Muda, pintar dan lahir dari lingkungan keluarga yang cukup memberikan kemudahan.
"Satu hal yang tidak dimiliki Iqbaal dalam diri Minke adalah perasaan tertindas atas hukum kolonial yang sangat rasis. Karenanya, sebagai sutradara saya harus menumbuhkan rasa itu. Banyak hal dilakukan aktor dan sutradara dalam menumbuhkan rasa sakit itu. Ada yang dengan semedi, menghadirkan pengalaman batinnya, sambil mendengarkan musik, menceritakan hal-hal sedih, atau ada yang ekstrim dengan cara menyakiti tubuhnya," ujar Hanung.
"Pada bagian terakhir ini, saya sengaja melakukan pemukulan dengan menggunakan telapak tangan ke bagian tubuh yang tak akan menimbulkan risiko berbahaya, seperti bahu. Fungsinya bukan untuk menyakiti, tapi merangsang Iqbaal agar merasakan rasa teraniaya. Yang harus disadari saat melakukan itu adalah, keduanya harus sepakat bahwa kegiatan itu dilakukan demi kebaikan filmnya," tambah Hanung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(nu2/dal)