Relevansi 'The Dark Knight' dengan Kondisi Sosial Politik Saat Ini

Relevansi 'The Dark Knight' dengan Kondisi Sosial Politik Saat Ini

Devy Octafiani - detikHot
Kamis, 19 Jul 2018 14:49 WIB
Foto: The Dark Knight (imdb)
Jakarta -

Di ujung cerita 'The Dark Knight', Gotham seakan runtuh karena sosok teroris yang tak bisa dikendalikan. Batman berkorban menjadi sosok yang dipandang mengecewakan untuk mempertahankan situasi tersebut.

Christopher Nolan memang tak hanya membawa 'The Dark Knight' menjadi sekadar kisah superhero. Salah satu alasan film ini hingga kini dipuji dan disukai adalah relasi yang kasat mata dengan kenyataan yang terjadi di berbagai belahan dunia.

Inti dari kisah ini adalah hilangnya monopoli pemerintah terhadap segala bentuk kejahatan dan kekerasan. Joker menggambarkan kegagalan pemerintah Gotham menjaga tatanan sosial yang sesuai aturan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika dalam 'Batman Begins' keadaan Gotham begitu kelam ketika kejahatan hingga korupsi merajalela, kehadiran Ra's al Ghul menjadi kebalikan dari Joker dalam 'The Dark Knight'.

Batman berupaya mencegah aksi kelompok yang berpanutan pada keseimbangan itu menghancurkan Gotham lewat senjata halusinasi yang mereka sebarkan dari bawah tanah. Batman menghentikan mereka, memulihkan ketertiban, mengekspos banyak korupsi, dan secara efektif mendorong kota ke arah yang baru.



Beranjak ke dalam peristiwa 'The Dark Knight', pemerintah Gotham masih jauh dari bersih. Tatanan sosial sudah dipecah ke tingkat tertentu hingga kehadiran Joker.

Kehadiran Joker menjadi fakta bahwa satu orang dapat menghancurkan otoritas pemerintah di Gotham dan membebani tatanan sosial. Keadaan tersebut membuat Gotham tertatih-tatih. Berusaha menggulingkan Joker akan tetapi Batman menjadi sosok yang dianggap main hakim sendiri.

Secara eksplisit, kita menyaksikan komisioner Gordon khawatir tentang itu dan Batman menolak kekhawatirannya di film pertama. Lalu datanglah Joker. Harvey Dent diubah menjadi Two-Face. Dalam film berikutnya kita akan mendapatkan Bane dan Gotham benar-benar akan berperang. Tingkat kekerasan meningkat.

Christopher Nolan menyodorkan pilihan kepada kita, orang-orang baik yang unjuk diri akhirnya terbunuh. Gordon benar-benar sendirian menghadapi kriminalitas berat yang dihadapi Gotham. Kota itu menetapkan hukum di tangan rakyat yang pada kesimpulannya melegalkan kejahatan dan kriminalitas tak berujung.

Batman menjadi sosok superhero yang tragis yang tak mampu melibatkan dirinya dalam kekerasan. Cerminan ini ada banyak terjadi di berbagai tempat di dunia. Ketika norma-norma budaya dan sosial yang diperlukan untuk demokrasi dan pemerintahan liberal tidak ada, dan begitu kekerasan tetap di tangan pemerintah yang hampir tidak sah namun upaya untuk perubahan tetap ada.



Adanya relevansi 'The Dark Knight' dengan kondisi sosial dan politik yang terjadi akhir-akhir ini membuat film tersebut layak untuk ditonton ulang. Sebuah cerminan dengan yang terjadi di negara-negara Arab, atau mungkin juga sebagai sentilan untuk Amerika Serikat yang disebut punya ketimpangan hukum di bawah pemerintahan Donald Trump.

(srs/nu2)

Hide Ads