All of Us Are Dead bukan drama Korea bertemakan zombie seperti kebanyakan. Mengangkat latar belakang sekolah, drama ini juga membahas soal isu-isu sosial yang terjadi di kalangan remaja.
Drama yang disutradarai oleh Lee JQ ini mengangkat kisah sekelompok siswa yang terjebak di sekolah ketika virus zombie menyebar. All of Us Are Dead dibuat berdasarkan webtoon populer dengan judul yang sama.
"Karena drama ini diambil dari sebuah webtoon yang legendaris, aku dan para aktor tentu saja merasakan tekanan dan tanggung jawab," ungkap Lee JQ.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya kami bertemu dengan pencipta webtoon, penulis Chun. Kami mengobrol soal keinginan membawa drama ini menjadi nyata. Kami ingin menceritakan kisah yang membuat orang-orang berpikir seperti apa seharusnya manusia menjalani kehidupannya. Apa artinya menjadi seorang manusia. Jadi kami punya keinginan untuk membuat serial ini menyenangkan, tetapi juga membuat para penonton berpikir," lanjutnya.
![]() |
All of Us Are Dead membahas isu-isu besar seperti perundungan di sekolah hingga kehamilan pada remaja. Lee JQ pun mengaku punya alasan menggabungkan permasalahan itu dengan genre zombie.
"Mungkin memang sepertinya isu-isu yang ada di drama ini terjadi di sekolah, tapi kalau kita lihat lagi, masalah ini bisa terjadi di mana saja. Setelah selesai menonton, kalian akan merasa permasalahan yang terjadi di sini sangat universal," jelas Lee JQ.
"Saat aku kecil dulu, saat ada yang terjun ke sungai, semua anak-anak akan menolong temannya. Namun saat sudah dewasa, orang-orang tidak akan langsung terjun tetapi berpikir dulu bagaimana caranya agar bisa menyelamatkan teman dan juga dirinya sendiri. Drama ini bermaksud ingin mengajarkan sesuatu pada orang dewasa. Bagaimana cara para remaja mengambil keputusan dalam keadaan antara hidup dan mati akan membuat orang dewasa banyak berpikir," pungkasnya.
All of Us Are Dead akan ditayangkan selama 12 episode. Drama ini bisa disaksikan di Netflix mulai hari ini, Jumat (28/1).
(dal/wes)