Joko in Berlin merupakan grup musik pendatang baru yang beranggotakan Mellita Sarah (vokal), Fran Rabit (bass), Popo Fauza (kibor), dan Marlond Telvord (drum).
Band yang terbentuk sejak 2016 itu baru saja merilis single baru mereka yang berjudul Misanthropy. Sebelumnya, mereka telah memiliki beberapa lagu, di antara Senja, Utrecht, Pesawat Kertas dan lain-lain.
Nama Joko in Berlin awalnya tercetus untuk menunjukkan identitas diri sekaligus musik mereka. Joko dipilih karena dianggap sebagai nama yang mewakili tempat dimana mereka tinggal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi Joko itu melambangkan tempat tinggal kami di Pulau Jawa. Joko itu kan nama Jawa. Karena kami semua tinggal di Pulau Jawa jadi kami pakai nama Jawa," kata Fran saat berkunjung ke kantor, detikcom, baru-baru ini.
Sedangkan Berlin menggambarkan musik yang mereka bawakan. "Berlinnya itu buat ngelambangin aspek musik kami. Kami secara musik tuh ter-influence banget sama kultur Eropa," jelas Fran lagi.
Dari sekian banyak kota di Eropa, Fran memilih Berlin sebagai nama karena dia dan bandnya beranggapan, Jerman merupakan salah satu negara terkuat di Eropa. Sehingga baginya, Berlin melambangkan kekuatan.
Dalam kesempatan yang sama, para personel Joko in Berlin juga bercerita mengenai awal pertemuan mereka hingga akhirnya bisa membuat sebuah band bersama.
Pada 2016, Fran yang memang sudah mengenal Popo dari lama bercerita pada Popo mengenai niatannya untuk membuat band.
![]() |
"Jadi waktu itu kami lagi makan, gue cerita gue lagi pingin bikin band. Terus (Popo berkata), 'Eh ayok gue ikutan dong'," cerita Fran.
Sedangkan Fran dan Mel saling mengenal karena dikenalkan oleh seorang teman yang turut mengajak mereka untuk membentuk band bersama.
Awalnya, Joko in Berlin beranggotakan lima orang. Akan tetapi, dua orang memilih mengundurkan diri dan jadilah Fran, Popo dan Mel melanjutkan band itu bertiga.
Marlond menjadi anggota terakhir yang bergabung dan baru masuk formasi pada 2019 saat mereka hendak tampil di salah satu festival musik.
"Gue kebetulan ada lagu yang ingin gue bikin kalau jadi band. Akhirnya gue kumpulin anak-anaknya. Proses, proses, proses, mulainya 2016 ya. Awalnya berlima, singkat cerita jadi sisa bertiga lah, gara-gara seleksi alam," kisah Fran.
"Mereka sempat kepikiran, 'Drummer siapa nih. Tiba-tiba gue lagi nge-post sesuatu (di Instagram), tiba-tiba dimintai nomer. Abis dari minta nomer lanjut di DM komunikasi, terus gue diajak," tambah Marlond.
Secara musik, Joko in Berlin banyak terinspirasi dari sejumlah musisi asal Eropa, salah satunya Bjork.
"Kalau bjork sih sebenarnya dari aku. Nyanyi juga nggak mirip-mirip dia juga sih. Cuman suka dengerin aja. Kalau bikin lagu sih, itu sesuatu yang mengalir aja ya. Aku nggak yang terinspirasi dari Bjork terus mau bikin lagu kayak gitu, nggak gitu-gitu banget. Terinspirasi aja," terang Mel.
(srs/dar)