Meledak di Korea, Midnight Runners Sempat Tuai Protes

Meledak di Korea, Midnight Runners Sempat Tuai Protes

Ti - detikHot
Sabtu, 15 Agu 2020 09:21 WIB
Midnight Runners
Film Midnight Runners sempat menuai protes di Korea / Foto: (dok.imdb.)
Jakarta -

Film aksi Midnight Runners tercatat sebagai salah satu film tersukses di Korea. Namun film ini sempat menuai protes.

Aksi dua polisi muda menggagalkan aksi penculikan dalam Midnight Runners dinilai rasis terhadap warga China-Korea.

Film tersebut menjadi box office di Korea Selatan tahun 2017. Midnight Runners meraup 5 juta penonton. Film yang dibintangi Park Seo-joon dan Kang Ha-neul ini menuai reaksi keras diklaim melanggengkan stereotip rasial yang negatif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka melakukan protes di Stasiun Daerim yang berada di Distrik Guro. Mereka terang-terangan menyuarakan penangguhan film tersebut di bioskop.

"Film ini secara berlebihan mencoreng orang Tionghoa Korea dan menggambarkan lingkungan Daerim sebagai sarang kejahatan, menggagalkan upaya 700.000 rekan senegaranya Tionghoa Korea dan masyarakat Korea Selatan untuk hidup berdampingan dan mengubah citra komunitas sebagai komunitas yang aman," bunyi salah satu protes tersebut.

ADVERTISEMENT

Aktivis yang kontra dengan film ini mencela penggambaran film yang menampilkan kawasan Daerim sebagai kawasan berbahaya dan rentan dengan kekerasan.

[Gambas:Youtube]


"Meski perusahaan produksi film dan sutradaranya mengatakan itu tidak berdasarkan kisah nyata, tidak ada yang menyebutkan bahwa film itu fiksi dan saya merasa diabaikan," ujar seorang aktivis seperti dilansir KoreaBiz.

Midnight Runners menceritakan dua trainee polisi muda yang menyaksikan sekelompok orang Tionghoa keturunan Korea, yang secara luas dikenal sebagai 'Joseonjok'. Yakni sebuah istilah yang banyak dianggap memiliki konotasi negatif dalam masyarakat Korea Selatan. Mereka diceritakan melakukan tindakan kriminal berbahaya yang mengancam keselamatan anak-anak muda.

Penjahat-penjahat tersebut dikisahkan menculik anak-anak yang melarikan diri untuk perdagangan organ ilegal.

Film ini menggambarkan Distrik Daerim sebagai lingkungan yang penuh kejahatan dan polisi tak punya upaya untuk mengendalikan kejahatan yang ada.




(doc/doc)

Hide Ads