Most Wanted Hidden Gem Yogyakarta! Sourdough, Steak dan Pizza

Most Wanted Hidden Gem Yogyakarta! Sourdough, Steak dan Pizza

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Jumat, 13 Mei 2022 21:12 WIB

Hidden gem selanjutnya datang dari sebuah proyek pandemic, warung steak berkapasitas tidak lebih dari 20 orang, Big Belly Steak. Terletak di dalam area perumahan di Wirobrajan, Yogyakarta.

Harganya mulai dari Rp380.000 sampai Rp3.000.000, jika mau menikmati USA Prime Rib eye, Wagyu MB9+ atau Black Angus Tomahawk, wajib hukumnya reservasi lebih dulu. Jika gagal hari ini, silakan coba lagi esok hari, bisa menunggu dua hari, bisa juga selama satu minggu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nggak ada yang melandasi, karena aku jalan aja semuanya, aku masak steak tuh sejak pandemi. Sejak pandemi aku nggak ada kerjaan, nggak ada event jalan, musik-musikan nggak bisa, yowes aku coba jualan cookies. Karena baya utang kan harus jalan. Eh kok laris! Titip di kedai-kedai kopi teman. Punya uang lagi, beli daging, coba-coba sendiri. Kok beberapa teman malah minta aku masakin mereka, akhirnya dari situ jalan aja sampai hari ini," cerita pemilik sekaligus juru masaknya, Kuru atau Budha Belly saat ditemui di Yogyakarta.

ADVERTISEMENT
Tim detikHot tengah berbincang dengan Kuru/DJ Budha Belly yang merupakan pemilik Big Belly Steak di Yogyakarta.Tim detikHot tengah berbincang dengan Kuru/DJ Budha Belly yang merupakan pemilik Big Belly Steak di Yogyakarta. Foto: Andhika Prasetia/detikcom

"Aku tuh nggak ingin bikin yang besar, aku ingin punya tempat yang kecil tapi homey. Rasanya ya kayak kamu kalau datang ke rumah temanmu aja terus temanmu masak. Karena memang aku bukan chef, nggak pernah sekolah masak. Lagipula kayaknya aku juga belum siap untuk sesuatu yang besar, yang penting sekarang anak-anak yang bantuin aku di dapur bisa terjamin lah," sambung laki-laki yang juga aktif menggelar pesta dan bermain DJ itu.

Jika detikers sudah memesan tempat dan daging yang diinginkan, Kuru akan mulai memasak sesuai dengan jam kedatangan. detikHOT melihat langsung, sedikit menunggu tidak jadi masalah untuk para tamu.

"Di Yogya, konsep dasarnya makanannya emang harus enak dulu. Karena kalau bicara steak, orang langsung berpikiran fine dining di kepalanya. Ternyata makan pakai celana pendek nggak apa-apa. Terus, kalau ternyata daging yang mereka mau tidak ada di pasar hari itu, ya sudah. Di sini lebih kayak warung rames gitu. Rames, ra mesti, artinya tuh nggak pasti. Kami punya apa nggak tahu, pokoknya ke sini aja. Surprise."


Ambisi Kuru sederhana, dia belum hasrat membuka cabang di kota lain. Apalagi memiliki ratusan orang karyawan. Untuknya yang terpenting bisa mensejahterakan tim kecilnya dan melayani pelanggannya saat ini.

"Aku nggak pingin punya tempat yang besar, nggak ingin mempekerjakan ratusan orang atau punya pabrik, tidak sama sekali. Aku cuman mau punya tempat yang kecil, maksimal 20 orang, tapi mereka itu semua keluargaku. Sudah, nggak usah yang lain-lain, itu aja. Syukur-syukur bisa kaya bersama," tutupnya.

Selanjutnya, Fransis Pizza


Hide Ads