KHP Kridhomardowo Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai departemen yang membidangi seni pertunjukan di Keraton Yogyakarta merilis Album Gendhing Gati Volume 2. Harapannya agar dapat mengedukasi agar para pendengar, khususnya pecinta seni karawitan dan musik, bisa menikmati perkembangan karawitan di keraton dari mana saja dan kapan saja.
"Pada waktu 17 Agustus kita launching Gendhing Gati pertama itu ada 15 Gendhing. Kemudian di volume kedua itu ada 18 Gendhing, Gatinya 16 Gendhing, yang 2 itu Gendhing bonus," kata Penghageng (pimpinan) KHP Kridhomardowo, KPH Notonegoro saat ditemui wartawan di Keraton Yogyakarta, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Rabu (28/10/2020).
Lanjutnya, kedua Gendhing itu adalah Gendhing Gati Taruna dan Gendhing Gati Bhinneka. Kedua Gendhing baru tersebut akan menjadi unggulan dari Album Gendhing Gati Volume 2.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun dalam launching tersebut Abdi Dalem Wiyaga yang bertugas memainkan gamelan, dengan Abdi Dalem Musikan yang memainkan instrumen musik barat berkolaborasi dalam memainkan Gendhing Gati Taruna dan Gendhing Gati Bhinneka secara berurutan.
Baca juga: Solo, Riwayat Pujangga, dan Sumpah Pemuda |
Nama Gendhing Gati Taruna sendiri diambil dari kata 'Taruna' berarti 'Muda' yang menjadikan gendhing ini memiliki karakter agung, ceria, penuh ekspresi, semangat, dan gembira layaknya para pemuda. Gendhing Gati Taruna ini juga memiliki permainan instrumen tiup (trompet) yang poliponik atau membentuk jalinan lagu sendiri yang memiliki dua suara yaitu suara I dan II.
Sementara, untuk Gendhing Gati Bhinneka, kata 'Bhinneka' memiliki arti beraneka ragam, sehingga gendhing ini memiliki aneka ragam irama dan melodi, terutama dalam instrumen alat tiupnya. Gendhing Gati Bhinneka mempunyai berbagai kekhasan dan keunikan dalam garapnya.
Buka atau intro Gendhing ini tidak seperti Gendhing Gati pada umumnya. Intro Gendhing yang biasanya, dimainkan instrumen bonang barung dengan melodi yang sama persis dengan Gendhingnya. Sementara dalam Gendhing Gati Bhinneka ini terdapat pangkat buka atau adangiyah oleh bonang barung yang berkolaborasi dengan balungan, seperti halnya racikan Gendhing Sekaten.
Setelah itu, pangkat buka dilanjutkan dengan alunan alat tiup barat yang disertai buka kendhang. Komposisi lagu dari alat tiup barat juga beraneka ragam, memadukan unsur harmoni setiap jenis instrumen dengan motif kendhangannya khusus (pamijen) untuk gendhing tersebut.
Selain itu, juga terdapat penambahan instrumen khusus, seperti ketipung, dog-dog, dan kecer yang memang merupakan instrument musik keprajuritan seperti halnya trumpet dan tambur. Irama yang disajikan cenderung lebih cepat. Sehingga, nuansa musikal yang ditimbulkan dari alunan Gending Gati Bhinneka adalah, agung, berwibawa, namun terselip nuansa dinamis dan beragam.
"Total di Keraton Yogyakarta itu tadinya ada 48 Gendhing Gati, kemudian dengan ditambah Gati Merdeka dan Gati Taruna serta Gati Bhinneka hari ini total menjadi 51 Gendhing Gati. Ini sudah terangkum dalam 2 album, berarti yang sisanya itu kemungkinan masih bisa dijadikan 2 album lagi, semoga tahun depan kita bisa meluncurkan sehingga seluruh gending gati itu menjadi jangkep," lanjut Notonegoro.
Dia menilai kedua Gati tersebut memiliki makna yang cukup dalam. Karena itu dia menilai Gati tersebut penting.
"Kenapa penting? Karena yang pertama itu tentang semangat perjuangan, semangat kemerdekaan, semangat kebhinekaan itu sangat kuat karena Gendhingnya menggunakan alat-alat musik keprajuritan, seperti tambur dan terumpet, ini sangat khas dan hanya ada di Keraton Yogyakarta," ucapnya.
Kemudian yang kedua Gending ini juga mengilustrasikan kolaborasi. Karena dari zaman dahulu memang Keraton Yogyakarta selalu berada terdepan untuk melakukan inovasi-inovasi.
![]() |
"Pada saat kita yang sudah terbiasa menggunakan alat musik gamelan, kemudian alat musik barat itu hadir oleh Keraton Yogyakarta, kemudian dilakukan asimilasi, dikombinasikan menjadi harmoni dan menjadi suatu keindahan baru. Sehingga tidak terjadi gap antara musik barat dengan musim tradisi karena sudah ada jembatannya," katanya.
"Nah ini sebenarnya spirit yang ingin kami sebarkan juga terutama bagi para pemuda supaya kolaborasi dan toleransi itu indah. Jadi bisa menghasilkan suatu karya baru yang menghasilkan keindahan yang baru juga, ini yang ingin kami sampaikan ke masyarakat," imbuh Notonegoro.
Dengan adanya 16 judul gendhing di Album Gendhing Gati Volume 2 yaitu, Gati Bhinneka, Gati Branta Wiwaha, Gati Buntal, Gati Harjuna Asmara, Gati Jendral, Gati Kapten, Gati Kingkin, Gati Komis, Gati Kuda, Gati Mandra, Gati Marinir, Gati Padhamara, Gati Priya, Gati Taruna, Gati Usar, dan Gati Weni ini diharapkan masyarakat bisa menikmati dan mengamati perkembangan karawitan di Keraton Yogyakarta dari masa ke masa.
Enam belas Gendhing Gati beserta 2 bonus track dalam album bagian kedua ini juga dapat dinikmati di berbagai platform musik seperti Spotify dan iTunes, serta tersedia juga di YouTube channel Kraton Jogja. Selain itu, bagi masyarakat yang ingin tahu lebih jauh tentang masing-masing Gendhing Gati berikut notasinya, dapat mengakses informasinya melalui laman kratonjogja.id.
(aay/aay)