Detikcom pun berkesempatan mewawancarai manusia silver yang bernama, Jodi. Anak putus sekolah yang mencari rezeki dengan manusia silver kerap ada di lampu merah.
Jodi menceritakan ketika menjadi manusia silver, ia kerap membaca puisi-puisi.
"Hormat, kayak baca baca puisi gitu," kata Jodi ditemui di kawasan Hek, Raya Bogor, Jakarta Timur, Rabu (24/6/2020).
Sejak usia 13 tahun, Jodi kerap menjadi manusia silver. Ketika membacakan puisi, ia mengaku mendapatkan dari dunia maya. "Iya, liat-liat dari online (puisi)," kata Jodi remaja yang kini berusia 17 tahun itu.
Sementara itu, penghasilan Jodi setiap hari tak menentu. Ia mulai pukul 15.00 hingga 22.00 WIB, dan mampu mendapatkan antara Rp Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribuan.
"Yang paling gede itu pecahan Rp 50 ribu. Tergantung kadang di atas Rp 100 ribu, mentok Rp 200 ribu lah," katanya.
Meski ngamen dengan cara bergerombol sambil memegang kotak kardus, Jodi bersama temannya sama sekali tak merasa ada persaingan.
"Nggak lah, kan kita ganti-gantian. Satu lampu merah, nanti kita gantian. Jadi kita dua orang, tiga orang, kita gantian. Ganti-gantian aja sama-sama nyari duit. (rezeki udah diatur) iya," kata Jodi.
Di sisi lain, orang tua mereka tahu apa yang dikerjakan oleh anaknya. Memang dari penghasilan itu ada sebagian yang yang disisihkan kepada orang tua mereka.
"Iya (tahu), yang penting dapet duit, sebagian (diambil sendiri) sebagian orang tua," kata Jodi.
Meski disisihkan, teman Jodi, Chandra mengaku uang sekecil itu cukup untuk kebutuhannya sehari-hari.
"Paling gue megang, kalo dapet Rp 100 ribu gue megang Rp 10-20 ribu. Sisa cukup alhamdulillah," pungkas Chandra.
(fbr/tia)