Di Jepang, nama Keigo Higashino disebut-sebut sepopuler dan sebesar Dean Koontz atau Tom Clancy di Amerika. Pengarang kelahiran 1958 ini telah meraih penghargaan di bidang penulisan novel misteri pada 1985 lewat karyanya 'After School'. Novel 'Kesetiaan Mr. X' yang terbit pada 2005 kembali mengantarkannya meraih penghargaan nasional di Jepang, dan menjadi salah satu karya terlarisnya. Tak salah jika publik pembaca di Indonesia diperkenalkan dengan karya-karya Keigo pertama kali melalui novel ini. Di Jepang, novel ini juga telah difilmkan dan menjadi 'box office'. Dalam bahasa Indonesia, novel ini hadir lewat terjemahan Faira Ammadea yang mengalir lincah dan lancar.
Dibuka dengan memperkenalkan keseharian tokoh utamanya, Ishigami, seorang guru matematika di SMA, novel ini awalnya terkesan tak menjajikan keasikan dan keseruan yang maksimal. Pembaca diajak untuk mengikuti perjalanan Ishigami berangkat kerja, melewati daerah kumuh di bawah jembatan yang dipenuhi rumah-rumah kardus para gelandangan. Penulis merinci apa yang dilihat Ishigami setiap pagi dengan detail, dan semua itu rasanya begitu sepele. Tapi, jangan lupa, ini adalah novel detektif. Informasi sekecil apapun akan berguna nanti di bagian belakang, ketika persoalan mulai dipecahkan oleh para protagonis. Atau, minimal, akan menjadi bagian dari pernak-penik yang terkait dengan modus kejahatan yang terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap pagi Ishigami datang ke kedai itu, selain untuk membeli bento buat sarapan, juga untuk mengagumi kecantikan Yasuko. Bagi sang matematikawan yang "asosial", dan digambarkan sebagai sosok "buruk rupa" itu, satu-satunya interaksi yang mungkin dia jalin dengan sang tetangga cantik itu hanyalah dengan modus membeli bento setiap pagi. Lalu, sebuah tragedi terjadi, dan kisah yang sesungguhnya pun dimulai. Suatu hari, Yasuko didatangi mantan suami keduanya, yang berniat buruk. Si mantan yang kini pengangguran itu, selain ingin balikan, juga meneror Yasuko dengan meminta uang. Tak cukup mendatangi tempat kerja, si mantan kemudian juga berhasil menemukan dan muncul di apartemen Yasuko. Kalap, anak gadis Yasuko pun memanfaatkan kelengahan pria jahat itu dengan memukulnya. Situasi semakin tak terkendali ketika Yasuko berniat melindungi putrinya dari aksi balasan pria itu, hingga akhirnya menjeratnya sampai tewas.
Insting Ishigami sebagai tetangga sebelah begitu kuat, dan tahu apa yang terjadi. Ia pun berpikir, bahwa ini saatnya mencari simpati bagi perempuan yang dikaguminya, dengan cara menawarkan bantuan. Seorang perempuan tak mungkin mengatasi mayat seorang diri. Keterlibatan Isighami yang genius matematika pun membuat kasus tersebut menjadi susah dipecahkan oleh detektif kita. Ia menyusun alibi yang serba sempurna, dan menjadi sutradara bagi ibu dan anak tetangganya itu, bagaimana harus bersikap setelah malam pembunuhan itu, termasuk cara menghadapi para detektif. Sang Profesor Galileo pun tertarik ikut turun tangan. Sinopsis di bagian belakang sampul buku ini menyebutkan begini: Diselingi nostalgia masa-masa kuliah, Yukawa sang pakar fisika beradu kecerdasan dengan Ishigami, sang genius matematika. Kedengarannya berat? Sama sekali tidak. 'Kesetiaan Mr. X' tetaplah sebuah novel detektif yang "ringan", seru dan sangat menghibur.
Diskusi-diskusi matematika dan fisika diselipkan dalam porsi yang pas, sebagai bumbu yang memang relevan dengan modus kejahatan yang dirancang oleh Ishigami. Pengarang tak mengumbar teori-teori dengan klise hasil risetnya di Google, dan sama sekali tak terkesan pamer pengetahuan. Namun, dengan porsi yang serba sedikit itu justru terasa kuat bahwa Keigo Higashino memang memiliki ketertarikan dengan matematika dan fisika, bukan sekedar hasil "browsing" sesaat. Novel detektif kerap dianggap sebagai bacaan hiburan pengisi waktu luang atau saat menunggu pesawat di bandara, yang mungkin dinilai tak memberikan "kedalaman" layaknya sebuah karya berlabel "sastra". Namun, bukan berarti tak ada perenungan sama sekali. Cinta, benci, dendam, pengkhianatan menjadi unsur yang wajib hadir, dan begitulah novel ini, meramu semua itu sebagai refleksi dari karakter dan jiwa manusia.
Pada akhirnya, yang selalu menarik dari fiksi Jepang, yang juga tak luput tersirat dari novel ini, adalah penggambaran manusia modern yang mau tak mau senantiasa dituntut untuk berusaha mengikuti kemajuan kehidupan kota, yang pada akhirnya justru melahirkan pribadi-pribadi yang terasing dan kesepian. Laju alur yang tak bertele-tele, dan hanya memberikan apa yang memang perlu, membuat novel ini bisa habis dibaca dalam sekali duduk. Setiap halaman, dari bab ke bab, novel setebal 320 halaman ini memberikan rasa penasaran yang membuat pembaca tak ingin menunda-nunda menyelesaikannya. Dengan desain sampul yang cukup 'menjual', sayangnya buku ini tak menyertakan biodata atau informasi mengenai sang pengarang, yang punya posisi penting dalam khasanah penulisan fiksi kontemporer di Jepang. Terlepas dari itu, 'Kesetiaan Mr. X' adalah salah satu novel terjemahan paling menarik tahun ini.
(mmu/mmu)