Pelawak senior Kadir kini banting setir menjadi afiliator online shop. Dia tak menampik sempat ragu soal keputusannya untuk menjadi afiliator.
Titik balik Kadir menjadi seorang afiliator tentunya karena faktor ekonomi. Kadir bukan gak berusaha untuk memperbaiki perekonomian, dia juga pernah coba melalui bisnis kuliner.
"Saat-saat banyak kebutuhan (alasan jadi afiliator), jelas ya. Kita hidup itu setiap hari ada kebutuhan, di dalam perjalanan gak tahu, tahu-tahu surut aja. Begitu surut kita sudah mulai berpikir, gimana ini, jalan apa yang harus saya tempuh," cerita Kadir di studio Pagi Pagi Ambyar Trans TV, Rabu (23/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setiap hari hiburan saya berbulan-bulan itu hanya TikTok, Youtube, gak ada lain. Lama-lama tergiur juga dengan afiliator-afiliator yang pamer dengan penghasilannya itu, tapi saya mikir, 'Apa bisa saya terjun ke sini?'" sambungnya.
Kadir mengakui saat awal masih merasa punya nama besar sebagai pelawak terkenal. Pelawak berusia 73 tahun berpikir untuk memutuskan apakah akan terjun menjadi afiliator atau tidak.
"Yang dulu saya punya nama besar. Mohon maaf lo ya, saya gak mengecilkan afiliator, tapi dari bintang film ya, terus turun jadi afiliator hanya menawarkan satu produk yang murah. Itu sebenarnya saya mikir waktu itu," akunya.
"Apa daya akhirnya saya berunding sama anak saya. Anak saya mengiyakan, 'Oke saya bantu, saya support'," lanjut Kadir.
Bintang film Srimulat: Hidup Memang Komedi mengakui tabungannya berkurang drastis. Kadir mengaku tabungannya pernah hanya tersisa Rp 5 juta di rekening.
"Paling ada sekitar Rp 5 juta. Kalau saya yang dulunya ratusan bisa pernah miliaran sekarang hanya Rp 5 juta sangat kecil ya. Besok bayar listrik sekian, sudah habis," tutur Kadir.
"Sementara saya punya usaha rumah makan dari COVID sudah menurun pendapatannya, hanya cukup untuk rumah tangga saja, pas-pasan, berarti kita gak bisa nabung. sewaktu-waktu ada kebutuhan mendadak, bingung," ungkapnya.
Ada tiga barang pertama yang dijual oleh Kadir, yakni alat pijat serta tumbler ukuran besar dan kecil. Dia juga memilih untuk merekam video, bukan live di media sosial untuk jualan.
"Saya gak live, tapping. Saya tidak pernah live. Saya membuat rekaman diposting. Satu jam kerja, 3 hari libur. Saya rekaman saja, saya capeklah usia segini," ucapnya tertawa.
Sebelum menjadi afiliator, Kadir pernah menjual aset demi memenuhi kebutuhan hidup. Namun, keberaniannya mencoba hal baru membuka pintu rezeki lain buat Kadir.
"Hitungan bulanan (pendapatan) paling sedikit Rp 7 juta, paling banyak Rp 45 juta," aku Kadir soal pendapatannya sebagai afiliator.
(pus/tia)