Kata Ustaz: Waspada Mudik Jadi Ajang Pamer

Kata Ustaz: Waspada Mudik Jadi Ajang Pamer

Tim detikcom - detikHot
Sabtu, 22 Apr 2023 17:03 WIB
Kata Ustaz
(Foto: dok. YouTube BKN PDI Perjuangan) KH. Syauqi Zainuddin MZ.
Jakarta -

Mudik sudah jadi tradisi di Indonesia setiap Lebaran. Mereka yang merantau kembali ke kampung halaman untuk bertemu dengan keluarga. Kata ustaz, ada satu hal yang sangat perlu diperhatikan dalam proses mudik ini yaitu menjaga diri dari sifat sombong dan berlebih-lebihan.

Dalam sebuah tausiyahnya, KH. Syauqi Zainuddin MZ mengingatkan kita hakikat dari mudik dan pulang kampung yakni silaturahmi. Sebagai orang beriman yang sudah menjalani sebulan berpuasa, kita sudah digembleng untuk semakin bertakwa. Sehingga sudah sepantasnya di hari Lebaran kita menampilkan ketakwaan tersebut dengan berbuat baik. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan memaknai mudik sebagai ajang silaturahmi tanpa ada embel-embel pamer.

"Semua Lebaran tapi nggak semua dapat Idulfitri. Nah makanya sekarang ini orang lebih berpikiran bagaimana caranya bisa Lebaran daripada menghidupkan Idulfitri. Ini yang salah. Lebaran itu seharusnya menjalin silaturahmi, bukannya malah adu-adu kekayaan. Kalau Nabi mengajarkan bukan soal mudiknya sebenarnya tapi menjalin silaturahmi. Jadi ketika kalimat 'minal aidin walfaizin' itu, masing-masing seharusnya bisa menjalin silaturahmi di antara kita. Jangan justru dengan kita mudik membawa semua barang (yang nggak perlu)," urai KH. Syauqi Zainuddin MZ.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Istiadat mudik ini sebenarnya kan berguna juga untuk menjalin silaturahmi. Tapi banyak yang menyalah artikan. Sekarang bagi kebanyakan orang mudik itu bisa berarti 'cari duit sebanyak-banyaknya di kampung orang, nanti Lebaran abisin duitnya di kampung sendiri'. Segala sesuatu yang berlebihan dalam Islam kan tidak dibenarkan. Pada hakikatnya, 'sombong itu pakaianKu' kalau kata Allah karena yang berhak sombong cuma dia. Kalau kita sebagai manusia ya biasa-biasa ajalah," lanjut dia.

KH. Syauqi Zainuddin MZ menekankan, ketika mudik memang tidak ada salahnya menunjukkan keberhasilan yang kita dapatkan di perantauan. Namun alangkah lebih baik apabila kita juga bisa menjaga hati orang-orang yang ada di sekitar kita saat proses silaturahmi selama mudik tersebut.

ADVERTISEMENT

Menurut putra KH Zainuddin MZ itu, belum tentu semua orang akan menanggapi keberhasilan kita dengan positif. Karena respons yang mereka berikan pada akhirnya bisa sangat beragam dan tidak bisa kita kontrol.

"Menunjukkan sesuatu bahwa kita berhasil itu bagus, tapi yang lebih bagus itu menjaga hati. Karena belum tentu semua orang suka sama kita, tapi belum tentu juga semua orang nggak suka sama kita. Kita memang niatnya silaturahmi, tapi kalau ada yang nggak suka sama kita saat silaturahmi itu, nilai silaturahminya pun jadi hilang," tegasnya.

Menyoal silaturahmi, Nabi Muhammad SAW sendiri sangat menekankan pentingnya hal tersebut. Tapi tidak hanya terbatas di bulan Syawal atau di hari Lebaran saja, tapi sebisa mungkin setiap saat. Apabila kita mau meneladani Rasulullah SAW, kita pun harus bisa berbesar hati menjalin silaturahmi kepada orang yang sudah memutuskan tali silaturahmi. Namun tak perlu menunggu datangnya bulan Syawal untuk melakukan hal tersebut.

Selain itu, KH. Syauqi Zainuddin MZ juga menyoroti soal kemajuan teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk bersilaturahmi. Hanya saja jangan sampai pada akhirnya hal ini justru memberikan mudarat kepada kita dalam rangka menjaga hubungan antara sesama manusia. Di sisi lain, meski teknologi sudah berkembang dan mengirim pesan bisa dilakukan dengan sentuhan ujung jari, tetap silaturahmi secara fisik merupakan keutamaan.

"Silaturahmi yang beliau lakukan bukan hanya di bulan Syawal atau Lebaran saja. Tapi memang setiap saat beliau selalu mengunjungi kawan-kawannya, saudara-saudaranya. Bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan, mata Nabi SAW tidak pernah terlepas dari para sahabatnya. Jadi konteks silaturahmi di sini memang sangat dijaga. Diajarkan sama guru saya, akhlak Nabi SAW yang paling hebat itu kan 'menjalin silaturahmi kepada orang yang memutuskan silaturahmi'. Ini kan menunjukkan bahwa silaturahmi bukan cuma saat Syawal saja."

"Dengan adanya teknologi seharusnya hidup jadi lebih mudah. Jangan sampai gara-gara ilmu, teknologi itu kan ilmu, silaturahmi kita jadi terputus. Nilai-nilai silaturahmi itu sekarang sudah langka dan mahal. Sekarang ini kan silaturahminya aja broadcast message. Nilai silaturahmi kita juga bukan untuk pamer, tapi bener-bener jalin silaturahmi antar manusia. Meneladani Jenderal Sudirman, dia pernah mengajarkan 'kalau kau mau menang, harus kuat. Kalau kau mau kuat, harus bersatu'. Tapi kita nggak mungkin bisa bersatu tanpa jalinan silaturahmi di antara kita," tutup KH. Syauqi Zainuddin MZ saat mengisi acara Badan Kebudayaan Nasional (BKN) PDI Perjuangan.

(aay/wes)

Hide Ads