Kata Ustaz: Ibadah Tak Selalu Harus di Atas Sajadah

Kata Ustaz: Ibadah Tak Selalu Harus di Atas Sajadah

Tim detikcom - detikHot
Rabu, 19 Apr 2023 17:03 WIB
ABU DHABI, UNITED ARAB EMIRATES - APRIL 18: Muslims gather at the Sheikh Zayed Grand Mosque on the night of Laylat al-Qadr to perform prayer in Abu Dhabi, United Arab Emirates on April 18,2023. (Photo by Mohamed Zarandah/Anadolu Agency via Getty Images)
(Foto: Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency) Ilustrasi berdoa.
Jakarta -

Ramadan sudah mendekati akhir. Tidak sedikit dari kita yang sudah mulai sibuk dengan persiapan hari raya sehingga mulai longgar menjalankan ibadah. Ustaz mengingatkan agar tetap konsisten untuk beribadah meski tidak sedang berada di atas sajadah. Hal ini bisa membawa kita lebih dekat dengan Allah dan malam lailatul qadar yang dijanjikan.

Lailatul qadar memang selalu jadi 'incaran' semua umat muslim pada saat Ramadan. KH Muhammad Syauqi Zainuddin MZ ingin menegaskan bahwa lailatul qadar jangan dianggap sebagai benda. Lailatul qadar merupakan ketetapan Allah di malam yang mulia dan penuh keberkahan yang menjadi momentum turunnya Al-Qur'an surat Al-Alaq ayat 1-5. Turunnya Al-Qur'an di bulan Ramadan ini dibarengi dengan turunnya malaikat-malaikat hingga menjelang fajar.

Lailatul qadar seharusnya tidak hanya dikejar di 10 malam terakhir Ramadan saja. Menurut KH Muhammad Syauqi Zainuddin MZ, sepanjang 30 hari bulan Ramadan ini kita seharusnya secara aktif mengejar malam lailatul qadar. Sehingga tidak tepat apabila mengincar malam lailatul qadar hanya di 10 malam terakhir Ramadan saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ibadah kita kan bukan incar-incaran. Ramadan kan ada 10 hari pertama, kedua, dan terakhir. Kalau kita tidak menjaga ibadah kita di awal, masa kita akan dapat (lailatul qadar) di akhir sih? Makanya mumpung masih ada di Ramadan, kita harus beramal sebanyak-banyaknya sejak awal. Bakti kepada orang tua, baca Al-Qur'an, sedekah, selama 30 hari. Sehingga kita semua bisa mendapatkan lailatul qadar pada akhirnya," demikian tausiyah dari KH Muhammad Syauqi Zainuddin MZ dalam sebuah kesempatan mengisi acara inspirasi buka di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

KH Muhammad Syauqi Zainuddin MZ saat memberikan tausiyah mengenai lailatul qadar.KH Muhammad Syauqi Zainuddin MZ saat memberikan tausiyah mengenai lailatul qadar. Foto: dok. YouTube BKN PDI Perjuangan

Menurut putra KH Zainuddin MZ itu, lailatul qadar merupakan hal terhebat yang bisa didapatkan oleh seorang muslim. Meski memang tidak bisa dipungkiri bahwa di setiap momen Ramadan tetap ada kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan, sehingga ada kemungkinan seseorang melewatkan waktu salat tarawih atau ibadah lain seperti membaca Al-Qur'an misalnya.

ADVERTISEMENT

Namun ditegaskan pula oleh dai nasional tersebut, ibadah tidak selalu harus dilakukan di atas sajadah. Dalam rangka mengejar malam mulia selama 30 hari bulan Ramadan, kita bisa melakukan ibadah meski di tengah-tengah kesibukan. Meski memang ada ibadah sunah yang diutamakan di bulan Ramadan yang sebisa mungkin harus selalu dilakukan yakni salat tarawih.

"Yang perlu kita pahami dalam Islam itu bahwa ibadah nggak harus di atas sajadah. Jadi apa pun yang kita lakukan, sembari melakukan itu bisa istigfar, salawat, itu jangan sampai lepas. Paling nggak zikir dulu di hati supaya tetap merasakan (kehadiran Allah). Zikir itu ada dua, ada yang di kalbu dan di lisan. Jadi sambil melakukan kesibukan pun tetap bisa berzikir dan terhitung ibadah. Jadi untuk mengharapkan mendapatkan lailatul qadar, kita harus mulai dari hari pertama Ramadan sampai ke akhir, kita mulai dengan benar-benar ibadah. Kalau kita tidak sanggup salat berjamaah apalagi di Jakarta ini, paling tidak jangan sampai lupa salat tarawih sendiri juga tidak apa-apa. Jangan juga lupa berzikir," terangnya.

Lailatul qadar merupakan ketentuan Allah SWT. Hanya Dia yang tahu kapan turunnya dan siapa yang akan menerimanya. Sebagai hamba, kita hanya bisa berharap dan berdoa seraya beribadah dengan sebaik-baiknya. Esensi dari lailatul qadar menurut KH Muhammad Syauqi Zainuddin MZ adalah agar kita bisa kembali menjadi muslim sejati selama bulan Ramadan ini dengan tekun beribadah.

Lebih lanjut lagi, ibadah di bulan Ramadan khususnya puasa juga bisa menjadi penawar untuk penyakit sombong. Hal ini karena ibadah puasa tak terlihat mata dan hanya diketahui oleh yang melakukan dan Allah SWT. Selain itu, dia juga menekankan Ramadan sebagai bulan latihan untuk menjalani kehidupan di 11 bulan berikutnya. Ibadah yang kita lakukan selama bulan Ramadan sebaiknya tercermin pula pada sikap dan perilaku serta ibadah-ibadah yang kita lakukan di luar bulan Ramadan.

"Makanya ini mengembalikan kejujuran kita sebagai muslim kepada Allah SWT. Kita mengharapkan lailatul qadar karena yang pertama kita ingin mendapatkan gelar hamba langsung dari Allah SWT. Karena banyak dari kita mulut bisa mengucapkan kita ini hamba, tapi perbuatan kita sehari-hari bertolak belakang. Yang kedua, tentu harapan kita mengikuti saran dari Sayyidina Ali 'sekarang lebih baik dari kemarin, dan esok hari lebih baik dari hari ini'. Yang ketiga ini yang terpenting, kita akan mempunyai modal untuk perjalanan kita ke dunia selanjutnya," tutup KH Muhammad Syauqi Zainuddin MZ.

(aay/mau)

Hide Ads