Kata Ustaz: Jangan Bohong Meski untuk Kebaikan

Kata Ustaz: Jangan Bohong Meski untuk Kebaikan

Tim detikcom - detikHot
Selasa, 04 Apr 2023 17:03 WIB
Gus Hayyid saat memberi tausiyah.
(Foto: dok. YouTube BKN PDI Perjuangan) Gus Hayyid saat memberi tausiyah.
Jakarta -

Tidak jarang kita mendengar kata-kata pembelaan dari orang-orang sekitar di pergaulan soal 'berbohong demi kebaikan'. Benarkah ini diperbolehkan dalam agama? Berikut ini kata ustaz mengenai hal tersebut.

Semua agama termasuk Islam mengajarkan kita untuk melakukan hal-hal yang baik dalam hidup. Agama mengajarkan norma mulai dari hal-hal yang besar hingga yang kecil. Berkata yang jujur juga merupakan hal yang dianjurkan untuk selalu dilakukan, kecuali dalam kondisi tertentu. Hal ini dijelaskan oleh Gus Hayyid, pengasuh Pesantren Skill Jakarta, dalam sebuah tausiyahnya.

"Berbohong itu pangkal dari semua kesalahan, semua kejahatan," kata Gus Hayyid. Dia menegaskan bahwa seseorang tidak boleh berbohong karena alasan apa pun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih-lebih lagi di bulan Ramadan, seseorang yang menjalankan puasa dan yang mengaku beriman dituntut untuk menjaga dirinya dari sikap dan sifat tercela. Berbohong adalah salah satu yang harus dihindari selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan.

Gus Hayyid menerangkan, seseorang yang berpuasa tapi dia berbohong soal puasanya, maka dia hanya akan mendapat lapar dan haus semata. Puasanya memang tidak batal, namun pahala puasanya menjadi gugur dan hilang.

ADVERTISEMENT

"Kalau kita mengaku orang beriman, kita tidak boleh berbohong. Pantangan pertama di bulan Ramadan adalah berbohong. Kalau dia berbohong soal puasa, pahalanya hilang. Bohong itu tidak boleh dilakukan, buat hal kecil sekalipun," tegasnya.

Meski begitu, ada kalanya Islam membolehkan seseorang untuk berbohong. Yakni apabila ada kondisi antara hidup dan mati, ketika seseorang mengalami sebuah fitnah yang pada akhirnya mengancam hidup orang tersebut. Dalam kondisi seperti ini, berbohong boleh dilakukan.

"Tapi ada bohong yang diperbolehkan kalau mengancam jiwa manusia yang tidak bersalah. Misalnya ada orang difitnah, lalu dia lari ke sebuah rumah dan sembunyi, lalu kita berbohong untuk menyelamatkannya, itu boleh," tuturnya.

Seseorang harus berhati-hati dalam berkata-kata agar tidak dinilai menebarkan kebohongan. Di era sekarang ini, segala informasi bisa tersebar cepat tanpa konfirmasi. Hal ini pun menjadi celah buat tersebarnya sebuah kebohongan, berita bohong atau hoaks, yang kemudian dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah.

"Ayat Al-Qu'ran yang mengancam orang-orang yang menyebarkan hoaks. Menjelaskan agar kita hati-hati tentang berita yang belum ada kepastiannya. Ayat ini menjelaskan larangan bagi orang-orang yang beriman untuk tidak mudah percaya pada berita yang tidak ada buktinya dan dibawa oleh orang-orang yang benar-benar dipercaya. Sesama masyarakat harus saling menjaga, menghormati, dan saling mempercayai. Tidak membuat iri dengki, praduga, apalagi membuat fitnah. Jadi hoaks itu anaknya fitnah," jelas Gus Hayyid.

"Hukum paling dasar dan pokok untuk yang menebar hoaks adalah dia tidak boleh lagi dipercaya. Habis reputasinya, dia ngomong apa aja nggak boleh dipercaya, sekali dia terbukti. Apalagi hoaks yang disebar membuat pertentangan antar masyarakat. Itu kena hukum menebar fitnah. Menyebar fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Jadi hoaks itu kalau sudah sampai pada fitnah, dosanya lebih kejam daripada pembunuhan. Kalau kita sudah mendapatkan kabar, apa pun yang kita tidak tahu, tolong tabayyun. Tabayyun itu adalah klarifikasi, cek dan ricek. Diperiksa lalu diperiksa lagi dengan teliti. Jadi betul-betul hati-hati, tidak boleh sembarangan. Sebagai orang yang cerdas, orang yang berakal, tidak boleh langsung percaya. Jadi kita harus cek," tutup Gus Hayyid dalam tausiyahnya di acara Inspirasi Ramadan 2023 di channel YouTube BKN PDI Perjuangan.

(aay/aay)

Hide Ads