"Setiap minggu dan bulanan kita bikin kajian. Kajiannya membahas pelajaran sehari-hari, namanya fikih. Fikih harus kita sampaikan ke anak-anak muda biar anak-anak muda juga tahu, 'oh iya ya, berarti keseharian gue harus begini-begitu'. Tapi dari situ kita nggak memaksakan orang harus cepat berubah. Saya bilang ke anak-anak, 'lo dari latar belakang apapun, RICMA itu terbuka lebar pintunya buat siapapun'," sambungnya.
"Biasanya kalau dulu sebelum pandemi, di awal Ramadan kita juga bikin perkumpulan dengan teman-teman lintas agama se-DKI Jakarta. Seperti di 2019, ada sekitar 60 orang, lintas agama, kita bikin program mengenai sampai plastik yang sebaiknya didaur ulang. Panggil Pemprov DKI Jakarta bahwasanya bagi masyarakat yang sudah bikin kerajinan dari sampah plastik, botol dan lain-lain, silakan lempar ke Pemprov untuk dijual. Itu RICMA yang inisiasi," lanjut Husein lagi.
Ada banyak jalan yang bisa dilakukan sebagai pintu masuk. Salah satu yang paling sering adalah para volunteer atau sukarelawan yang terlibat di RJF. Usai kegiatan, para panitia yang didominasi anak-anak SMA dan kuliah awal itu diberi tawaran bergabung. Jika berkenan, mereka akan mengikuti pelatihan bernama RICMA Camp. Jenjang selanjutnya adalah menjadi BPH yang dapat bisa didapatkan usai melakukan LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi bukan hanya soal agama dan etika, tapi gimana caranya ngurusin acara. Buat teman-teman yang awam kita arahkan, bentuk proposal, komunikasi ke pihak luar, sponsor, kerja-sama dan lain-lain, secara birokrasi kita arahkan juga. Kita kasih wawasan, step by step-nya," jelas Husein.
Soal popularitas RICMA, tanpa bermaksud menyombongkan diri, Husein mengamini. Menurutnya pribadi, salah satu faktor yang terlihat adalah bagaimana kelompok remaja masjid lainnya sering datang untuk bertukar pikiran dan meminta saran.
"Kami harus menyadari itu, bahwasannya banyak remaja masjid yang datang ke Cut Meutia untuk sharing. Banyak juga secara tidak tertulis ya binaan-binaan, remaja masjid yang baru, yang di perkampungan. Apa yang selalu RICMA katakan ke mereka adalah, jangan samakan kami dan kalian, dalam artian, kami ini remaja masjidnya di tengah kota, yang ada pemukiman. Kalian kalau mau bikin program yang bermanfaat buat masyarakat sekitar. Dalam arti kita melengkapi sektor-sektor itu, teman-teman harus bermanfaat di situ, memberikan dampak positif," kata Husein lagi.
Mengenai dana operasional, Husein mengungkapkan hal itu berasal dari usaha mandiri yang mereka miliki. Dari mulai merchandise kegiatan di RJF sampai sebuah kedai kopi di pelataran Masjid Cut Meutia bernama Kopinang Kau.
Simak Video "Pulau Para Dewa, Bali yang Memaafkan dan Mengabulkan Doa"
[Gambas:Video 20detik]