Ucapan Ustaz Khalid Basalamah soal wayang menuai kontroversi. Khalid Basalamah menyinggung soal wayang yang dilarang dalam ajaran Islam dan sudah seharusnya ditinggalkan.
"Kalau memang ini (wayang) peninggalan nenek moyang kita, mungkin kita bisa kenang dulu, oh ini tradisi orang dulu seperti ini. Tapi kan bukan berarti itu harus dilakukan sementara dalam Islam dilarang. Harusnya kita tinggalkan," jelas Ustaz Khalid Basalamah.
"Kalau masalah taubat, ya taubat nasuha. Dan kalau dia punya (wayang) lebih baik dimusnahkan, dalam arti kata dihilangkan," pungkasnya.
Ucapan itu menuai kontroversi. Gus Miftah pun memberikan pendapatnya lewat pentas wayang di Ponpes Ora Aji miliknya. Dalam pentas tersebut Gus Miftah di akhir pertunjukan membacakan sajak tentang beragama dalam budaya.
Kata Ustaz kali ini mengambil nasihat Buya Yahya yang dimuat dalam channel YouTube-nya. Di mana ada dirinya ditanyakan soal wayang yang disebut haram.
Berikut penjelasan lengkap Buya Yahya:
Jadi sebenarnya dunia pewayangan itu adalah sebetulnya memang tidak ada dalam Islam. Cuma kecerdasan orang saleh pada zaman itu mengubah, sebab itu kan budaya-budaya dari India sana. Masuk ke Indonesia, menjadi khas budaya Indonesia pewayangan tapi kisahnya tentang Baratayuda dan seterusnya, itu kan kisah yang ada di luar Islam.
Cuma yang harus kita pahami bahwasannya, mereka para ulama itu dengan cerdas budaya ya budaya, seni tetap seni. Yang mengatakan bahwasannya gambar haram dan sebagainya, ternyata yang itu mereka sudah mengemas dengan syariat.
Yang mengubah nggak benar itu adalah sekarang gambarnya dipatungkan lagi. Itu kan gambar wayang kulit (di)penyet. Kalau ada orang benar-benar wajahnya mirip Arjuna itu nggak ganteng kok sekarang. Itu benar-benar sudah dilepaskan dari dunia perpatungan. Itu siasat mereka, ulama terdahulu, sehingga gambarnya dipenyet. Mohon kalau Anda jangan pakai yang berpatung ya, yang dipenyet, wayang kulit. Jadi nggak usah dipatungkan lagi.
Jadi dalam dunia pewayangan itu kecerdasan mereka kan ada satu tokoh dalam pewayangan ada Punakawan. Punakawan aslinya nggak ada. Tapi, siapa Semar, Petruk, Gareng, itu adalah siapa dia? Semar, manusia.
Cuma tanpa disadari kehebatan para Wali dahulu itu ingin meruntuhkan keyakinan-keyakinan yang mendewakan selain Allah, menuhankan selain Allah. Dikasih tokoh yang namanya Semar, ajibnya, anehnya, mereka nggak sadar bahwasannya perhalus hawasannya biarpun dewa itu kalau punya masalah tanyanya ke Semar.
Karena itu budaya untuk menyebarkan agama Islam, maka kalaupun hari ini ada dalang-dalang, kembali ke misinya. Kalau ingin dijadikan satu budaya yang islami. Misi untuk membawa umat kepada kebaikan, cerita-cerita yang baik. Selalu ada pesan.
Kisah Kumbakarna bagaimana seorang raksasa dia itu hidup di kalangan kafirlah ibaratnya begitu, ternyata Kumbakarna biar hidup seperti itu masih ada kejujuran dia, menolong Rama. Ada pesan-pesan baik.
Maksud kami adalah Islamisasi budaya itu penting. Selagi sifatnya umum, kebiasaan, tradisi, yang bisa dimasuk-masukan pesan Islami bahkan tidak harus pakai label Islam. Dulu para Wali Songo itu menyebar syiar ke seluruh Indonesia belum ngerti kalau itu isinya Islami.
Baca juga: Kata Ustaz: Nasihat Kematian |
Ilir-ilir mereka hapal, tapi belum ngerti apa artinya. Maksudnya, apa lagi nih termasuk keluwesan yang pernah diambil oleh para Wali terdahulu itu benar-benar diterapkan kembali, tapi tetap punya prinsip. Harus ada dasarnya.
Kalaupun ada ustaz yang mengatakan haram itu hanya masalah pandangan tidak usah kita bermusuhan. Itu pandangan biasa. Ini masalah khilaf tidak bisa dipastikan gitu. Kalau kami memandang dari sisi lain juga, walaupun saya tidak harus jadi dalang. Tapi saya mengerti bahwa ini suatu pesan. Karena waktu itu satu dalang yang baru saja meninggal itu, kalau live itu yang hadir 38 ribu. Artinya kan masih banyak yang mendengar.
Artinya orang Indonesia itu yang masih senang, itu masih banyak. Seandainya dia ngerti fiqih 4 mazhab, akidah, wah ini kayaknya dakwah ini cakep banget.
Budaya itu global, wayang sekadar contoh. Sekarang dikembangkan teknologi, ada metaverse, ini kan tinggal menggunakan seperti apa. Tidak boleh kaku, tapi kita tidak boleh bebas tanpa batas.
Simak Video "Video Pengacara: Tak Ada Hukuman Seumur Hidup, Fariz RM Hanya Pengguna"
(pus/nu2)