Masalah wayang kembali ramai dibahas setelah Gus Miftah menggelar pentas di pondok pesantren miliknya. Ia membuat pagelaran wayang dengan tajuk Dalang Menggugat. Pementasan tersebut dihadiri oleh sejumlah dalang dari Solo dan Yogya dan diinisiasi oleh dalang kenamaan Ki Warseno Slenk asal Sukoharjo, Jawa Tengah.
Lakon pertunjukan wayang kulit yang diangkat saat itu adalah 'Begawan Lomana Mertobat'. Kepada detikcom melalui pesan suara, Gus Miftah menjelaskan pondok pesantren miliknya memang rutin nanggap wayang sejak 2012.
"Yang pertama, bahwa saya itu nanggap wayang dari tahun 2012 artinya memang Pondok Pesantren Ora Aji itu rutin menggelar pentas wayang. Cuma berhenti karena persoalan pandemi. Jadi kalau dimaknai pentas wayang itu merupakan reaksi atau respons yang terjadi hari ini, itu kurang pas," jelas Gus Miftah, Senin(21/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Netizen ramai menduga pertunjukan wayang itu sengaja digelar berkaitan dengan isi ceramah Ustaz Khalid Basalamah. Akan tetapi, Gus Miftah membantah dan menyebut itu memang permintaan rekan-rekan seniman.
"Kemudian yang kedua, pentas terakhir kemarin yang kita lakukan itu karena permintaan teman-teman seniman agar bisa urun rembuk di pondok saya. Kebetulan saya begitu care dengan permintaan seni dan budaya. Karena ada permintaan itu ya sebisa mungkin saya bantu," jelas Gus Miftah lagi.
Pementasan wayang itu menuai kontroversi hingga nama sang ustaz menjadi trending.
Banyak netizen yang mengungkapkan Gus Miftah kebablasan melakukan hal itu. Dalam pementasan itu Gus Miftah menyampaikan sebuah sajak yang juga diduga bentuk kritik untuk Khalid Basalamah.
Gus Miftah memberikan penjelasan dan ingin menyampaikan adanya perbedaan pendapat itu sah-sah saja. Tidak ada yang melarang perbedaan pendapat soal kritik ilmu.
"Kalau yang viral atau trending tentang sajak saya, kalau soal kritik ilmu atau perbedaan pendapat dalam ilmu itu suatu yang lumrah. Jadi sah-sah saja. Kalau sajak yang saya buat itu tanggung jawab saya penuh, tapi kalau atraksi dalam pentas wayang itu merupakan domain-nya dalang bukan saya," kata Gus Miftah.
Pemimpin Ponpes Ora Aji itu menegaskan perbedaan pendapat lumrah terjadi. Namun, Gus Miftah mengingatkan adanya oknum-oknum tak bertanggung jawab yang memancing suasana tidak kondusif.
"Persoalan orang berbeda pendapat kan lumrah-lumrah saja itu. Mungkin dalam satu hal saya tidak sepakat dengan Ustaz Khalid Basalamah. Tetapi, dalam satu hal yang lain bisa sependapat. Yang membesar-besarkan, kan orang yang mencoba cari keuntungan dan memancing suasana di sini saja. Kita sudah terbiasa," jelas Gus Miftah.
Adanya perbedaan pandangan dalam agama kembali ditegaskan Gus Miftah itu bukan hal baru. Dia juga memberikan contoh perbedaan pendapat soal haram dan mubah hukum merokok.
"Katakanlah menurut beliau haram menurut saya tidak, itu sah-sah saja. Salahnya di mana? Umat juga harus dewasa," tegasnya.
"Seperti halnya hukum merokok. Muhammadiyah mengharamkan, NU me-mubah-kan, biasa-biasa saja. Salahnya di mana? Ada anggapan saya tidak suka orang berjenggot. Loh dimana? Saya juga berjenggot. Sama. Cuma cara pandangnya saja yang beda. Jadi umat juga harus dewasa. Perbedaan pendapat itu sah," tutup Gus Miftah
(ass/pus)