Di usia 21 tahun, tidak semua orang memiliki 'privilese' seperti Fikri Budiman. Dilahirkan dan menikmati hidupnya sebagai anak dari pimpinan kartel narkotika terbesar di Indonesia, Freddy Budiman.
Fikri punya kisah hidup yang mungkin satu-satunya di Indonesia. Punya cerita-cerita yang menggugah, walaupun kerap berlinang air mata dan menuntut paksa lapang dada. Setelah ayahnya meninggal dihukum mati 2016, sejatinya warisan yang ditinggalkan berupa tanggung jawab untuk terus menyebarkan kisah-kisah baik yang selama ini tidak diketahui. Menjaganya, dengan harapan memberikan nama baik di kemudian hari.
"Legacy dia yang paling terasa di gue itu cara dia hidup. Di mana ya dia bener-bener mengartikan definisi dari kehidupan. Optimisme dia gue nggak bisa ngeraguin. Bahkan, di masa-masa penjara itu, dia sempat telepon untuk bilang, "dede sekarang umur berapa? Kalau papa perkirakan dede mungkin nikah umur 25 sampai 30 ya, papa sih kayaknya masih bisa keluar tuh. Papa bisa kok nemenin dede nikah." Nggak semua orang bisa menerapkan hal itu," kata Fikri kepada detikHOT saat ditemui di Bandung, Jawa Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Harta Warisan Freddy Budiman |
"Beban dan tanggung jawab dalam arti, gue mengenalkan bokap gue dalam baiknya, ya itu jadi beban aja. Gue bahkan bisa bilang gue nggak sebaik itu, beban sama anak-anak buah bokap gue, beban sama oknum-oknum, beban sama masyarakat Indonesia," sambungnya lagi.
![]() |
Hari ini, Aceng--panggilannya di kampus--secara tidak langsung menjadi juru bicara keluarga besarnya. Kebetulan, dia juga satu-satunya anak yang dibawa oleh Freddy Budiman, ketika anak-anaknya dari istri yang lain, tinggal bersama ibu kandungnya masing-masing. Fikri punya alasan, mengapa akhirnya dia muncul dan bertindak seperti itu.
"Selama ini gue silent, kecuali ada orang yang tahu atau dia nanya secara langsung, gue akan bilang iya, gue anaknya Freddy Budiman. Nah, entah bagaimana malah jadi gosip di masyarakat, di temen-temen. Akhirnya ya sudah, toh gue juga sebenarnya dari awal menutupi itu bukan karena malu, tapi karena gue takut. Ketika gue mengakui dan membuka ke publik, diterima atau tidak diterima hanya dua itu saja. Ketika akhirnya gue memberanikan diri membuka, Alhamdulillah ternyata pilihan masyarakat untuk menerima. Dan, bahkan banyak banget di saat itu masyarakat yang berbicara mengenai keteguhan hati. Karena ya di luar dari pribadi gue sekarang yang mungkin terlihat nyantai, gue punya tragedi yang besar di hidup gue. Alhamdulillah nama bokap gue pun akhirnya jadinya baik."
"Bahwa bokap gue, not that bad. Sisi tobat bokap gue, sisi humanis bokap gue. Karena memang goals gue itu memperbaiki nama bokap. Karena gue tahu bokap gue itu punya sisi yang baik. Walaupun, clear dari mulut gue, gue tidak pernah membenarkan apapun yang bokap gue lakukan dan 100 persen itu salah. Sampai akhir hayatnya aja dia masih berpesan ke gue untuk jangan pernah pakai narkoba. Jangankan pakai, ngelihat aja gue nggak boleh. Ya sampai sekarang itu gue pegang."
![]() |
Dari pihak keluarga besarnya, Aceng juga sudah meminta izin untuk semua perkataan yang dia ucapkan. "Mereka support, gue minta izin dulu kok. Dengan catatan yang gue sampaikan hal positif. Gue tidak pernah membahas tentang masalah aparat, oknum. Apa yang gue selalu bilang, dari perjalanan hidup gue, orang tuh belajar. Balik lagi, apa yang bokap bilang, hidup itu berat, tapi bisa indah kalau kamu itu ngerti menikmatinya."
Dengan semua perjalan dan 'privilese' ini, apakah sempat terpikirkan menyesal telah dilahirkan sebagai anak Freddy Budiman?
"Nggak ada sama sekali ya. Takdir itu udah nggak akan bisa kita ubah kok. Gue nggak pernah menyesal dilahirkan, nggak pernah ada penyesalan atas apa yang terjadi. Bersyukurnya banyak malah mengalami momen ini. Jadi, gua bisa berbagi sama orang. Kasarnya, setelah cerita gue mungkin ada 1-2 orang yang termotivasi. Se-bersyukur itu kok gue," tandas Fikri tegas.
![]() |