Bahasa Gaul, Masa Kemerdekaan sampai Jakarta Selatan

Bahasa Gaul, Masa Kemerdekaan sampai Jakarta Selatan

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Selasa, 21 Des 2021 17:57 WIB
Bahasa gaul
Foto: Dok. Arina Yulistara/Wolipop
Jakarta -

Bicara bahasa gaul ternyata tidak bisa jika hanya melihat hari ini. Ada cerita perjalanan dari masa lalu, yang saling berhubungan ke masa sekarang.

Untuk mendapatkan penggambaran yang lebih lengkap, detikHOT menghubungi Ahli Bahasa Indonesia, Ivan Lanin melalui sambungan telepon. Bicara tentang perjalanan bahasa gaul dari masa ke masa yang memiliki benang merah yang sama.

Kuncinya itu, pada pemahaman pada fungsi bahasa. Kita selama ini mungkin berpikir bahwa bahasa hanya sekadar fungsi komunikasi, menyampaikan pesan, bagi sastrawan digunakan untuk menyampaikan ekspresi. Sebetulnya ada satu lagi, fungsi sosial. Ini yang membuat kita bisa menerima segala bentuk bahasa gaul atau slang. Bahasa slang sendiri adalah bahasa temporer yang digunakan di satu lingkungan tertentu pada waktu tertentu, untuk melaksanakan fungsi sosial. Membuat orang merasa pada satu komunitas yang eksklusif," buka Ivan Lanin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ivan Lanin kemudian menceritakan perjalanan bahasa gaul atau slang itu dari masa ke masa. Dan, mengapa bahasa gaul selalu punya nilai eksklusif.

"Dulu, bahasa prokem, itu munculnya dari preman yang bahasanya tidak mau diketahui oleh aparat. Misalnya dari zamannya Debby Sahertian di 90-an. Itu kan bahasa dari salon, mereka mau pelanggan mereka nggak bisa mengerti apa yang mereka omongin kalau lagi gosip."

ADVERTISEMENT

"Kalau mau mundur jauh ke belakang lagi, misalnya di zaman kemerdekaan. Orang-orang Malang itu menciptakan bahasa ngalam. Tujuannya biar orang-orang Belanda tidak mengerti apa yang mereka katakana. Nah, anak2 sekarang juga sama, seperti anak saya yang pakai 'kuy' atau 'sabi'. Dulu juga, waktu zaman saya SMA, di Jakarta itu ada menyisipkan 'ji' di tengah kata. Misalnya, 'bijisa'. Itu kan kode, supaya orang-orang di luar mereka nggak mengerti. Itu kembali ke eksklusif tadi, ditujukan hanya untuk dimengerti oleh teman-teman satu kelompok."

"Buat saya, pada tiap generasi, niscaya akan selalu muncul bahasa slang. Karena kebutuhan manusia menggunakan bahasa ke dalam fungsi sosial sebagai alat identitas," cerita akademisi 46 tahun itu.

Soal bahasa gaul yang hari ini disebut juga bahasa Jaksel, yang ke-inggris-inggrisan, memang bukan hal baru. Ada alasan mengapa Jamrud melahirkan lagu berjudul 'Asal British' pada 2000 silam. Bahkan menurut Ivan Lanin, sudah lebih dulu terjadi pada Kongres Pemuda tahun 1926.

"Jadi begini, bahasa slang ditujukan untuk eksklusif awalnya. Kalau penggunaan bahasa asing, itu lebih kepada prestise. Dulu, pada Kongres Pemuda 1926 dan 1928, bahasa pengantarnya itu menggunakan bahasa Belanda. Padahal, itu kongres yang menghasilkan Sumpah Pemuda, menjunjung bahasa persatuan. Kenapa? Karena yang ikut saat itu adalah orang-orang terpelajar, orang-orang terpelajar itu menguasai bahasa Belanda. Mereka menganggap bahasa Belanda itu harkatnya lebih tinggi," ujarnya.

"Kalau di dalam ilmu bahasa, itu masuk ke dalam bidang yang disebut sosiolinguistik. Bagaimana bahasa digunakan untuk mengakrabkan diri dan meningkatkan prestise. Tapi pada prinsipnya sama, bahwa setiap generasi itu pasti akan mencoba menciptakan identitas mereka sendiri," tutup Ivan.

Ada satu cerita menarik lagi tentang bahasa gaul, yaitu fakta bahwa ada istilah dalam bahasa Inggris yang diciptakan oleh orang Indonesia. Apa dan siapa? Ikuti terus di detikHOT.




(mif/nu2)

Hide Ads