Di bulan Suci Ramadhan, Thalita Latief harus sibuk mengurus perceraiannya dengan Dennis Lyla. Hal ini bukan sesuatu yang indah dalam hidupnya.
Meski begitu Thalita Latief tetap lancar menjalani puasanya. Ia berharap semoga perceraiannya tersebut tidak ada kendala sampai putusan pengadilan.
"Ya alhamdulillah Lancar-lancar aja sih tadi. Buat saya sih gini ya, saya sih Lillahita'ala aja ya. Niat saya itu kan nggak macam-macam di sini. Kuasa hukum saya juga tahu gitu bahwa memang niatan saya jelas, jadi yaudah saya nggak perlu bertele-tele juga di persidangan. Saya pengin cepat, lancar tanpa ada satu hal yang mengganggu," ujar Thalita Latief saat ditemui di Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Kamis (15/4/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski nantinya ada yang menghambat jalannya persidangan, namun Thalita Latief tidak akan menyerah begitu saja. Ia akan terus memperjuangkan hak nya untuk berpisah dari Dennis Lyla.
Menurut Thalita Latief, dirinya berhak berbahagia walau tanpa Dennis Lyla. Karena selama menjalani rumah tangga, Thalita Latief begitu tersiksa dan tak memiliki kebebasan.
"Kalau pun nantinya ada satu hal yang mengganggu saya, saya akan perjuangkan apapun itu. Karena saya pihak yang menjadi korban dalam masalah ini. Saya pihak yang dirugikan secara psikis, secara waktu, secara segala macam," imbuh Thalita Latief.
"Jadi saya benar-benar di sini bukan hanya sebagai seorang istri saja, tapi saya sebagai seorang perempuan. Saya di sini, saya harus speak up atas ketidakadilan yang saya hadapi," sambungnya.
Kuasa hukum Thalita Latief, Maruli Tampubolon menyebut sebaiknya masyarakat jangan mencampuri urusan rumah tangga dengan bulan Ramadhan. Sebab keduanya adalah hal yang berbeda.
Baca juga: Susi Pudjiastuti Kecam Lucinta Luna! |
"Gini mas, maksud saya jangan dicampur adukkan dengan Ramadhan. Di luar ini bersifat duniawi, terkait perceraian yang sebenarnya tidak mau terjadi namun sudah lebih dari tiga tahun diberikan waktu oleh penggugat, oleh Thalita, oleh klien saya untuk ada progres, namun pengharapan itu pupus dikarenakan progres itu tidak ada," kata Maruli Tampubolon.
"Apa itu progresnya? Ya ekspektasi dari seorang wanita agar suaminya bersikap selayaknya suami. Tidak demikian, kami maju. Ini juga proses hukum, negara hukum. Jadi yang kami perjuangkan adalah hak-hak hukumnya seorang wanita di muka sidang kasus perceraian," pungkasnya.
(pig/wes)