Merekam Aktivitas Seks Disebut Bukan Penyimpangan

Merekam Aktivitas Seks Disebut Bukan Penyimpangan

Pingkan Anggraini - detikHot
Senin, 09 Nov 2020 16:39 WIB
ilustrasi orgasme
Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta -

Belakangan ini publik digemparkan dengan video syur mirip artis Gisella Anastasia dan Jessica Iskandar. Video tersebut tersebar melalui media sosial.

Video yang menampilkan wajah wanita yang disebut mirip Gisel dan Jessica atau Jedar itu pun trending di media sosial. Tentunya hal ini melahirkan banyak perundungan dari publik kepada Gisella Anastasia dan Jedar.

Zoya Amirin sebagai salah satu psikolog seksual memberikan tanggapannya mengenai hal ini. Kepada detikcom ia menegaskan hubungan seks antara perempuan dan laki-laki adalah hal yang lumrah dilakukan. Hal ini juga merupakan hak yang tak harus mendapat penghakiman dari publik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau ini kan adalah hak dan segala sesuatu yang dilakukan oleh dua orang gitu ya, jadi sebenarnya kan orang itu banyak yang double standar gitukan. Jadi saya tuh sangat miris ketika melihat orang menghakimi dan terutama yang selalu dihakimi itu artis-artis dalam video-video seks gitu," ujar Zoya, Senin (9/11/2020).

Perundungan-perundungan seperti ini kerap didapatkan publik figur sejak kasus skandal Ariel NOAH pada 2010. Bagi Zoya, publik dibutakan oleh status artis yang harus selalu menyandang hal positif. Hubungan seks di kalangan artis dianggap penyimpangan.

ADVERTISEMENT

Terkait kasus video syur yang viral sedari dulu dianggap Zoya selalu menitik beratkan permasalahan kepada perempuannya. Caci maki hingga ujaran kebencian lahir untuk mendiskriminasi satu pihak saja.

"Jadi kalau misalnya dari zaman Ariel sampai sekarang yang saya lihat orang itu bener-bener punya double standar," tegas Zoya.

"Orang bener-bener menghakimi, mencaci maki, perempuannya terutama di-judge lonte lah, murahan lah, ini itu tapi pada minta link-nya juga kan. Nggak ada pembelajaran," sambungnya.

Lebih lanjut perihal momen seks yang diabadikan melalui video, bagi Zoya bukan hal yang menyimpang. Merekam video saat tengah melakukan hubungan seks bisa menjadi salah satu cara dalam mengevaluasi diri dan pasangan.

"Ini bukan bagian dari penyimpangan ya, kecuali kalau dia harus merekam dulu kalau nggak ya nggak bisa hubungan seksual, itu baru penyimpangan," ungkapnya.

"Tapi kan intinya gini, tujuan seks ada tiga, reproduksi, rekreasi dan relasi. Apakah dengan merekam ini akan menambah rekreasinya supaya tambah nikmat atau relasinya terjaga? Kalau nggak ya mendingan nggak usah deh gitu," sambungnya.

Zoya juga turut menyoroti terkait dengan perkembangan teknologi yang pesat pada saat ini. Video-video seks bisa cepat tersebar dalam hitungan detik untuk mempermalukan satu orang korban. Hal ini turut membuat Zoya merasa khawatir.

"Iya sebenarnya mungkin ini juga saya cukup deg-degan melihat kondisi teknologi yang kayak gini. Mungkin saya awalnya adalah orang yang sebenarnya percaya kalau itu adalah hak pribadi masing-masing, merekam hubungan intim itu hak pribadi masing-masing. Tapi yang saya khawatirkan ini penyimpanan dan hacker dan apapun itu bisa banget terjadi," papar Zoya.

Meski begitu, keterbukaan pola pikir masyarakat perlu terus terasah dan beradaptasi sesuai perkembangan zaman. Masyarakat diminta untuk tetap menelaah informasi yang didapat dan tak langsung menjatuhkan penghakiman terhadap korban.

"Ya coba di-reconsider aja untuk melakukan hal kayak gini. Tapi kalaupun sudah terjadi ya kayaknya sudah saatnya masyarakat untuk belajar," tutup Zoya.




(pig/dar)

Hide Ads