Mantan Asisten Predator Seks Hollywood Buka Suara

Mantan Asisten Predator Seks Hollywood Buka Suara

Asep Syaifullah - detikHot
Rabu, 27 Mei 2020 20:30 WIB
SUN VALLEY, ID - JULY 12: Harvey Weinstein, co-chairman and co-founder of Weinstein Co., attends the second day of the annual Allen & Company Sun Valley Conference, July 12, 2017 in Sun Valley, Idaho. Every July, some of the worlds most wealthy and powerful businesspeople from the media, finance, technology and political spheres converge at the Sun Valley Resort for the exclusive weeklong conference. (Photo by Drew Angerer/Getty Images)
Harvey Weinstein. Foto: Drew Angerer/Getty Images
Jakarta - Rowena Chiu, mantan asisten Harvey Weinstein, buka suara dalam sebuah wawancara terkait kasus sang predator seks yang menghebohkan Hollywood.

Dalam wawancaranya bersama Variety, Rowena mengaku jika dirinya memiliki perjanjian dengan Harvey untuk tak membahas pelecehan seksual yang pernah dilakukan mantan bosnya itu.

"Aku melanggar perjanjianku saat ini. Ia (Harvey Weinstein) bisa saja menuntutku atas semua wawancara yang aku lakukan karena melanggar perjanjian, namun kenyataannya ia tak akan melakukan hal itu. Ia punya masalah yang lebih besar," tuturnya.

Rowena juga sempat menjadi korban dari kebiadaban Harvey pada tahun 1998 lalu. Ia kala itu bekerja sebagai asisten di Miramax, dirinya pun harus berdiskusi soal produksi film dan naskah yang akan digarap. Mereka bertemu pada malam hari dalam sebuah perjalanan bisnis, namun tiba-tiba saja Harvey meminta Rowena Chiu untuk memijatnya.

Ia pun menolak permintaan tersebut dan mendorongnya di kasur lalu melarikan diri. Rowena pun mengajukan tuntutan atas kasus tersebut, namun Harvey Weinstein membantah tuduhan tersebut.

Menurut Rowena, Harvey bisa bertindak semena-mena kepada banyak aktris dan pegawainya karena didukung oleh sistem yang korup di industri hiburan kala itu.


Bahkan usai membuat laporan, ia diminta oleh kuasa hukumnya untuk melupakan masalah tersebut dan berdamai dengan Harvey.

"Kami diberitahukan oleh kuasa hukum kami jika kami harus melihat kasus terhadap Harvey seperti sebuah black hole. Dalam sebuah kontrak secara spesifik dikatakan jika kami bekerja kepada Harvey dan kita tak boleh berbicara tentang aspek kehidupan kami kepada siapapun, tak hanya media dan pengacara tapi juga kepada dokter, terapis hingga keluarga. Hal itu membuat kami tak mendapatkan dukungan mental atas masalah ini," ungkapnya.

Ia pun mengatakan jika perjanjian tersebut harusnya dilarang karena berpotensi untuk membuat salah satu pihak diuntungkan hingga bertindak kriminal.


(ass/nu2)

Hide Ads