Konflik Hamas dan Israel yang menyebabkan lebih dari 20 ribu warga sipil Palestina menjadi korban yang tewas terbunuh membuat sejumlah dunia bersuara. Dari Prancis hingga Australia menyatakan mendukung perdamaian hingga menyerukan gencatan senjata. Mereka juga mengancam Israel dan Amerika Serikat.
Di tengah perang berkepanjangan itu, seorang penulis Rusia-Amerika bernama Masha Gessen menerima Hadiah Sastra Jerman akhir pekan lalu. Dia bereaksi terhadap sebuah artikel yang membandingkan Gaza dan ghetto yang dibuat oleh Nazi di masanya.
Ghetto yang dibuat oleh Nazi adalah distrik-distrik di dalam kota yang sering tertutup untuk mengumpulkan warga Yahudi. Jerman mendirikan sekitar 1.000 ghetto di wilayah Polandia dan Uni Soviet yang diduduki oleh Jerman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ghetto-ghetto di negara-negara yang diduduki Jerman selama Perang Dunia II adalah penjara terbuka tempat orang-orang Yahudi dibunuh, kelaparan, dan meninggal karena penyakit. Mereka yang tidak tewas di sana dikumpulkan dan diangkut ke kamp kematian di mana mereka dibunuh, sebuah proses yang disebut "likuidasi."
Masha Gessen merupakan seorang Yahudi yang berdomisili di Uni Soviet. Selama ini, dia sangat kritis terhadap perlakuan Israel terhadap warga sipil Palestina.
Reaksi terhadap artikel tersebut muncul ketika masyarakat Jerman bergulat dengan dampak perang Israel dan Hamas, dan protes pro-Palestina hingga pro-Israel yang menyebar di mancanegara.
Masha Gessen awalnya dijadwalkan menerima Hadiah Hannah Arendt untuk Pemikiran Politik di balai kota Bremen, barat laut Jerman. Tapi organisasi sponsor yakni Yayasan Heinrich BΓΆll, dan Senat kota Bremen menarik diri dari upacara tersebut.
Kantor berita Jerman melaporkan upacara penganugerahan hanya diisi oleh 50 tamu dan dijaga ketat oleh pengamanan kepolisian.
Dalam salah satu artikel yang pernah ditulis Gessen, berjudul In the Shadow of the Holocaust, ia mengatakan adanya ingatan Holocaust di Jerman.
"Di Jerman saat ini menghambat perdebatan yang bebas dan terbuka mengenai Israel," kata Gessen.
Dia juga mengkritik hubungan Israel dengan Palestina. Gessen juga menulis bahwa Gaza seperti ghetto Yahudi di negara Eropa Timur yang diduduki oleh Nazi, Jerman. "Ghetto tersebut sedang dilikuidasi," tambah artikel tersebut.
Dilansir dari ArtNews, Gessen menolak mengomentari penghargaan. Dia mengaku saat ini kecewa dengan Jerman. "Saya pikir kita mungkin merasa sangat kecewa dengan perbandingan itu. Saya juga berpikir bahwa dalam situasi ini, secara moral dan politik, perlu membuat perbandingan yang sangat, sangat mengecewakan ini," tukas Gessen.
(tia/dar)