45 hari sejak serangan pertama kali berkecamuk antara Hamas dan Israel, lebih dari 13 ribu orang tewas di Palestina. Warga sipil hidup dengan ketakutan dan tak bisa keluar dari rumahnya.
Baru-baru ini, seorang penyair dan penulis terkenal asal Palestina, Mosab Abu Toha akhirnya dibebaskan setelah ditahan oleh pasukan Israel ketika mencoba meninggalkan Gaza. Dia bersama keluarganya sedang melakukan penyeberangan lewat Rafah akhir pekan lalu.
Keluarga Mosab Abu Toha mengatakan tentara merebut saudara laki-lakinya itu ketika tiba di pos pemeriksaan, berangkat dari utara ke selatan sesuai perintah tentara.
"Kedutaan Besar AS mengirim dia dan keluarganya untuk melewati penyeberangan Rafah, karena salah seorang anaknya adalah Warga Negara Amerika," kata saudara laki-laki penyair, Hamzah di media sosial.
Teman Mosab Abu Toha, Diana Buttu, seorang pengacara Palestina-Kanada dan mantan juru bicara Organisasi Pembebasan Palestina, mengatakan, "Putranya, yang lahir di Amerika, diizinkan untuk dievakuasi beberapa minggu lalu, tapi nama Mosab tidak ada dalam daftar," katanya.
"Akhirnya, mereka mendapatkan namanya dan nama istrinya serta anak-anak lain dalam daftar dan mereka menunggu untuk keluar ketika keadaan sudah aman," kata Buttu.
Kini Mosab telah dibebaskan setelah dipukuli. "Dia telah dibebaskan oleh tentara Israel, tentara memukulinya, dan dia mendapatkan perawatan medis sekarang bersama keluarganya," ungkapnya lagi.
"Mereka mencoba mengungsi dari utara ke selatan, ketika mereka dihentikan di sebuah pos pemeriksaan bersama banyak orang lainnya. Mereka disuruh mengangkat tangan untuk menunjukkan bahwa mereka tidak punya apa-apa. Mosab diperintahkan untuk menurunkan putranya dan kemudian tentara menangkapnya, bersama dengan banyak pria lainnya, 200 orang, kata istrinya. Istrinya belum mendengar kabar lagi sejak saat itu," ungkap Buttu.
Baca juga: Gaung Palestina dari Jakarta |
Mosab Abu Toha telah menulis di majalah New Yorker tentang pengalamannya dibombardir di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara. Kumpulan puisinya yang diterbitkan dalam bahasa Inggris di AS menjadi finalis penghargaan National Book Critics Circle dan memenangkan penghargaan American Book tahun ini.
Dia bersama keluarganya mengungsi ke Jabalia, ketika mereka mendengar rumah mereka di Beit Lahia telah dibom. Dalam artikel The New Yorker yang diterbitkan pada 6 November, dia menggambarkan bersepeda ke rumah untuk mencoba menyelamatkan sesuatu dari koleksi buku kecilnya.
"Saya berharap setidaknya menemukan salinan buku puisi saya sendiri, mungkin di dekat pohon zaitun tetangga saya, tapi yang ada hanyalah puing-puing. Hanya bau ledakan," tulisnya.
Simak Video "Video: Di Sidang Dewan HAM PBB, RI Minta Penindasan atas Palestina Disetop"
(tia/dar)