Adania Shibli 'Dibungkam', Salman Rushdie Raih Penghargaan dari Jerman

Tia Agnes Astuti - detikHot
Selasa, 24 Okt 2023 13:24 WIB
Salman Rushdie menerima penghargaan perdamaian dari Jerman dan meraih uang hadiah senilai Rp 424 juta. Foto: Courtesy of AP
Jakarta -

Ketika novelis asal Palestina Adania Shibli dibungkam dan penghargaan sastra dari LitProm di ajang Frankfurt Book Fair dibatalkan, berbeda halnya yang terjadi terhadap Salman Rushdie. Penulis keturunan India yang kini tinggal di New York justru menerima penghargaan sastra bergengsi dari Jerman dan mendapat hadiah senilai Rp 424 juta.

Akhir pekan lalu, ia dianugerahi Hadiah Perdamaian dari asosiasi German Book Trade dan menerimanya di sebuah upacara yang digelar di Gereja St. Paul di Frankfurt. Dalam pekan yang sama, ia juga dikabarkan menghadiri Frankfurt Book Fair dan menjadi tamu spesial.

Salman Rushdie menerima penghargaan atas seruannya membela tanpa syarat untuk kebebasan berekspresi. Dalam pidatonya, ia mengecam ketika kebebasan berekspresi diserang oleh semua pihak.

"Kebebasan berekspresi di masa sekarang ini diserang oleh semua pihak termasuk suara otoriter dan populis," tegas Salman Rushdie saat menerima penghargaan seperti dilansir dari AP, Selasa (24/10/2023).

Tim juri German Book Trade menilai kiprah Salman Rushdie selama beberapa dekade untuk terus menulis telah membahayakan nyawanya. Dia kerap mengalami ancaman dan kekerasan akibat novel yang ditulisnya The Satanic Verses.

"Atas tekad, sikap positifnya terhadap kehidupan, dan fakta bahwa ia memperkaya dunia, Salman Rushdie diberikan penghargaan bergengsi ini," ungkap tim dewan juri.

Pada Agustus 2022, Salman Rushdie ditikam berulang kali saat berada di atas panggung festival sastra di New York. Setelah peristiwa itu, ia menulis sebuah buku memoar tentang serangan yang menyebabkan mata sebelah kanannya buta dan tangan kiri rusak.

Buku berjudul Knife: Meditations After an Attempted Murder akan dirilis pada 16 April 2024. Salman Rushdie mengatakan menuliskan cerita mengerikan dalam kehidupannya ke dalam buku tersebut adalah 'cara menjawab kekerasan dengan seni'.

Sejak novel The Satanic Verses terbit, Ayatollah Ruhollah Khomeini dari Iran mengecam ayat-ayat yang mengacu kepada Nabi Muhammad dalam buku tersebut. Bukunya juga diduga penuh hujatan dan kebencian.

Khomeini mengeluarkan dekrit di tahun berikutnya yang menyerukan kematian Salman Rushdie dan memaksa penulisnya untuk bersembunyi, meskipun ia telah bebas bepergian selama bertahun-tahun.



Simak Video "Tampang Hadi Matar, Pelaku Penusukan Salman Rushdie"

(tia/dar)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork