Laksmi Pamuntjak: Frankfurt Book Fair 'Tidak Bisa Lagi' Wakili Suara Dunia

Laksmi Pamuntjak: Frankfurt Book Fair 'Tidak Bisa Lagi' Wakili Suara Dunia

Tia Agnes Astuti - detikHot
Selasa, 17 Okt 2023 13:20 WIB
laksmi pamuntjak
Laksmi Pamuntjak buka suara soal Frankfurt Book Fair yang 'membungkam' penulis Palestina Adania Shibli. Foto: andi saputra
Jakarta -

Frankfurt Book Fair (FBF) didaulat sebagai pameran buku tertua di dunia sejak 1478 dan eksis memamerkan berbagai buku dari seluruh dunia. Pameran perdagangan buku ini juga menjadi kiblat.

Sejak menjadi guest of honour di FBF 2015 dan semua mata tertuju pada negara ini. Tapi pernyataan sikap Frankfurter Buchmesse yang mendukung Yahudi dan pro-Israel membuat Pusat Perbukuan Kemendikbudristek dan Ikatan Penerbit Indonesia memutuskan batal ikut.

Laksmi Pamuntjak turut bersuara. Novelis Amba yang menerima penghargaan sastra Jerman LiBeraturpreis saat Indonesia menjadi tamu kehormatan FBF 2015 mendukung pengunduran diri delegasi Indonesia dari Frankfurt Book Fair.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya juga mendukung teman-teman penulis seluruh dunia yang telah menandatangani surat terbuka yang mengecam keputusan FBF," ungkap Laksmi Pamuntjak dalam keterangan yang diterima detikcom.

Laksmi Pamuntjak pun bersikukuh pada pendiriannya bahwa loyalitas tertinggi sebuah pameran buku adalah pada kemanusiaan. "Dan ketidakmampuan FBF untuk membela hingga mempertahankan keputusan sastrawi-nya, meski keputusan ini disebabkan oleh luka sejarah yang dalam dan bukan bagi kita untuk menimbang nilai maupun keabsahannya-adalah sesuatu yang perlu disesalkan," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Novelis Aruna dan Lidahnya juga menegaskan Frankfurt Book Fair tidak bisa lagi mewakili suara dunia karena keberpihakan terhadap Israel dan tidak melihat penderitaan rakyat Palestina.

"Keberpihakan FBF pada Israel di mana Israel dan Palestina sama-sama mengalami penderitaan hebat menunjukkan bahwa pameran buku ini tak lagi mewakili suara dunia, di mana semua bangsa dan negara berhak dan layak mendapat panggung untuk menyuarakan kebenaran mereka masing-masing," ucap Laksmi.

Laksmi menegaskan ketika FBF memutuskan untuk menambah panggung untuk penulis Israel, seharusnya mereka melakukan hal yang sama untuk penulis Palestina.

"Sebagaimana FBF ingin menambah "panggung untuk para penulis Israel" seharusnya mereka juga menambah panggung untuk para penulis Palestina, bukan malah membungkam mereka," katanya.

"Sebagai pameran buku terbesar di dunia, FBF bahkan berada dalam posisi yang baik untuk mencoba mempersatukan mereka dalam sebuah dialog yang konstruktif, dan yang punya potensi memulihkan. Seperti kata seorang teman, 'buku seharusnya menyatukan, bukan memecah belah'," tegasnya.

Dalam surat terbuka Laksmi Pamuntjak kepada FBF, ia menyoroti ada keberpihakan yang berbeda dari media-media Jerman dan media lainnya dalam mengusut kasus Adania Shibli yang 'dibungkam' FBF. Dalam New York Times artikel bertajuk Award Ceremony for Palestinian Author at Frankfurt Book Fair is Canceled" (13/10/2023) dan artikel di media Jerman yang menyebut keputusan pemberian penghargaan akan ditunda dengan persetujuan novelis Palestina, Adania Shibli.

Tapi ketika ada artikel terbaru yang dirilis The Guardian yang bertajuk "Palestinian Voices 'Shut Down' at Frankfurt Book Fair, says Authors" (15/10/2023) bahwa agen sastra Adania Shibli mengatakan pada The Guardian bahwa keputusan penundaan upacara itu tidak dilakukan dengan persetujuan sang pemenang.

Menurut agen sastra Adania, bila upacara tetap diselenggarakan sang novelis akan menggunakan kesempatan itu untuk merenungkan peran sastra dalam masa yang kejam dan penuh penderitaan ini.

"Ketakinginan 'merayakan kemenangan' tidak pernah menjadi tujuan Shibli, sebagaimana dikatakan oleh LitPtrom dalam pernyataan persnya beberapa hari yang lalu. Sebab tujuan penghargaan ini adalah memberi apresiasi terhadap peran penulis dan sastra dalam masyarakat," tukasnya.




(tia/pus)

Hide Ads