Novelis Salman Rushdie muncul lagi ke hadapan publik seusai 9 bulan ditusuk sampai terluka parah di atas panggung. Dia baru saja dianugerahi penghargaan Freedom to Publish awal pekan ini.
Pria berusia 75 tahun itu mengirimkan sebuah video ke British Book Awards. Dia berbicara mengenai kebebasan berekspresi di dunia Barat.
"Kebebasan berekspresi di barat berada di bawah ancaman paling parah sepanjang hidupnya," kata Salman Rushdie, seperti dilansir dari AP, Rabu (17/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut penuturan Salman Rushdie, "Kita hidup di saat, saya pikir, di mana kebebasan berekspresi, kebebasan untuk menerbitkan dalam hidup saya belum pernah berada di bawah ancaman seperti itu di negara-negara Barat."
"Sekarang saya tinggal di sini, di AS, saya harus melihat serangan yang luar biasa terhadap perpustakaan, dan buku untuk anak-anak di sekolah," katanya.
Dia pun melanjutkan, "Serangan terhadap ide perpustakaan itu sangat mengkhawatirkan dan kita harus menyadarinya. Kita harus melawannya sangat keras."
Salman Rushdie selama bertahun-tahun bersembunyi di bawah perlindungan polisi setelah Ayatollah Agung Ruhollah Khomeini dari Iran mengeluarkan fatwa atau dekrit di 1989. Dia mengumumkan kematiannya atas dugaan penistaan terhadap novel The Satanic Verses.
Salman Rushdie memenangkan Booker Prize pada 1981 untuk novelnya Midnight's Children dan pada 2008 terpilih sebagai pemenang terbaik dari hadiah fiksi bergengsi. Novel terbarunya Victory City diselesaikan sebulan sebelum serangan - diterbitkan pada Februari.
Dalam pidatonya, Rushdie juga mengkritik penerbit yang mengubah buku-buku berusia puluhan tahun untuk kepekaan modern, seperti pemotongan skala besar dan penulisan ulang karya penulis anak-anak Roald Dahl dan pencipta James Bond Ian Fleming.
(tia/mau)