Akademi Swedia mengumumkan nama Annie Ernaux sebagai penerima Nobel Sastra 2022. Novelis asal Prancis itu mengalahkan sejumlah nominasi kuat lainnya yang digadang-gadang sebagai terkuat yakni Salman Rushdie hingga Michel.
Nama Annie Ernaux tak banyak dikenal di Indonesia namun di benua Eropa, karya-karyanya telah melanglang buana. Berikut 5 fakta soal Annie Ernaux, seperti dirangkum detikcom:
Baca juga: Annie Ernaux Raih Nobel Sastra 2022 |
1. Perempuan Prancis Pertama
Kemenangan Annie Ernaux memasukkan namanya menjadi perempuan Prancis pertama yang memenangkan Nobel Sastra. Sepanjang sejarah seabad lamanya, namanya menjadi yang pertama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai pengumuman Nobel Sastra 2022, Annie Ernaux diwawancarai awak media dan mengatakan kemenangan ini merupakan sebuah tanggung jawab.
"Saya sangat terkejut, saya tidak pernah berpikir itu akan menjadi lanskap saya sebagai seorang penulis. Ini adalah tanggung jawab yang besar, untuk bersaksi tidak harus dalam hal tulisan. Tapi juga dalam hal keadilan di dunia," katanya.
Sebelumnya penulis Prancis yang pernah memenangkan Nobel Sastra adalah Jean-Paul Sartre, Andre Gide, dan Albert Camus.
2. Lahir dari Keluarga Pekerja
Annie Ernaux lahir pada 1 September 1940 di Lillebonne, Seine-Maritime, Prancis. Perempuan berusia 82 tahun itu sempat mengambil sertifikasi mengajar dan menjadi guru namun ia kembali kuliah di bidang sastra.
Ia lahir dari keluarga pekerja dan pedagang dari Prancis bagian utara. Annie Ernoux kerap menulis kesenjangan kelas di masyarakat Prancis dan kebiasaan orang kaya atau borjuis.
3. Pernah Aborsi
Di dekade 1960an saat pemerintah Prancis belum melegalkan aborsi, dia pernah melakukannya. Pengalaman itu dituliskan ke dalam novel berjudul Happening. Karya itu memenangkan Golden Lion di Festival Film Venesia pada 2021.
4. 4 Dekade Berkarya
Annie Ernaux memulai kariernya di bidang sastra sejak 1974. Dia pertama kali menerbitkan karya autobiografi berjudul Les Armoires Vides (Cleaned Out). Autobiografi berikutnya La Place mendapatkan penghargaan di 1984.
Salah satu karyanya yang mutakhir adalah L'occupation (2002), Ernaux membedah mitologi sosial percintaan romantis. Berdasarkan catatan dalam buku harian yang merekam cintanya yang diabaikan oleh orang terkasih.
Ia kemudian mengakui dan menyerang citra diri yang dibangun berdasarkan stereotip. Menulis menjadi senjata tajam untuk membedah kebenaran.
5. Menulis Adalah Tindakan Politik
Akademi Swedia mengungkapkan Annie Ernaux menang karena 'keberanian dan ketajaman klinis yang mana diungkap akarnya, keterasingannya, dan pengekangan kolektif dari ingatan personalnya'.
Menurut peraih nobel sastra tahun ini, Annie Ernaux, menulis adalah tindakan politik, membuka mata kita untuk kesenjangan sosial. Oleh karena itu ia menggunakan bahasa sebagai 'pisau', demikian dia menyebutnya, untuk merobek selubung imajinasi.
(tia/pus)