.webp)
Lala Bohang hadir dengan buku terbaru yang berjudul In the Middle of Everything. Buku yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU) itu merayakan dualisme ganjil kehidupan yang kerap terjadi di sekitar.
Dalam buku In the Middle of Everything, Lala Bohang melakukan perenungan atas ruang-ruang tengah yang dimiliki manusia saat beranjak satu tempat menuju tujuan lainnya.
"Hidup penuh dengan momen-momen di antara yang durasinya tidak pernah bisa diprediksi dan tidak bisa dipastikan kapan akan berakhir," ungkap Lala Bohang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepanjang hidupnya, Lala Bohang kerap tinggal dari satu kota ke kota lainnya dan merasakan berada di tengah situasi yang tak menentu. Lala juga tahu rasanya meramu sebuah mimpi lalu dihancurkan dan dihadirkan kembali dalam rupa yang berbeda.
Momen itulah yang membuat Lala Bohang untuk belajar bercakap-cakap menjadi akrab dengan diri sendiri yang sering tidak pada tempatnya.
Lala juga mengeksplorasi cerita personal, rutinitas, dan hal keseharian yang tertuang dalam buku terbarunya In the Middle of Everything.
"Saya ingin menyampaikan hidup penuh dengan dualisme ganjil, di mana kehangatan di balik selimut dapat menyiratkan masa lalu penuh kabut, romantisme dalam pernikahan selayaknya selalu timbul dan menghilang, dan gambaran masa depan penuh dengan bualan terpancar dalam kemacetan kota Jakarta," katanya.
Bertepatan dengan peluncuran buku terbaru Lala Bohang, pameran In the Middle of Everything berlangsung mulai 12 Mei hingga 4 Juni 2023 di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta Selatan.
Lala Bohang juga dikenal sebagai seniman visual dan sukses mempublikasikan trilogi serial The Book of Forbidden Feelings (2016), The Book of Invisible Questions (2017), dan The Book of Imaginary Beliefs (2019). Ia mendapatkan International Ranald McDonald Award 2020 untuk buku The Journey of Belonging (2020) yang ditulis bersama Lara Nuberg asal Belanda.
Baca juga: 23 Racikan Ajaib Lala Bohang |
(tia/pus)
