Ibarat seorang chef di rumah masak, Lala Bohang mampu meracik berbagai bumbu menjadi hidangan yang lezat (buku). Padahal masakan itu dibuat di tengah situasi yang sedang tak baik (pandemi COVID-19) maupun kondisi gundah gulana.
Perumpamaan itulah yang terasa tepat dianalogikan untuk buku terbaru Lala Bohang yang berjudul Waking Up for the First Time yang diterbitkan oleh penerbit Simpul Grup.
Buku kesembilan yang dirilis sepanjang karier kepenulisan lulusan Arsitektur Universitas Parahyangan itu menjadi angin penyegar di tengah industri buku yang terdampak akibat pandemi.
Lala Bohang menghadirkan buku dengan sampul berwarna oranye nyentrik dan keputusan ini berbeda dari kebiasaan di buku-buku sebelumnya. Ilustrasi di dalamnya pun tampak lebih absurd, tak berbentuk obyek namun secara harfiah itulah yang dirasakannya ketika pandemi.
Kali ini, spotlight culture detikcom bakal mengenai proses kreatif di balik penggarapan Waking Up for the First Time dan seluk-beluknya.
Waking Up for the First Time berisi 23 cerita pendek yang mengajak pembaca untuk 'bangun', menyadari, dan berusaha mengatur diri sambil menjalani kehidupan dengan baik. Di cerita pertama, ada seorang anak perempuan yang kemasukan serangga dan senang karena kedua orang tuanya bersama mencari cara untuk mengeluarkan serangga tersebut.
![]() |
Di cerita keempat ada kenangan seorang arsitek yang kerap kehilangan banyak berharga. Di cerita lainnya Ten Thousands Steps a Day Keep Everyone Away, si penulis mengisahkan orang-orang yang bertahan saat pandemi melalui 10.000 langkah sehari. Bagaimana cerita-cerita itu hadir?
"Gagasan itu sebenarnya sudah berlapis-lapis sih, kalau disederhanakan kita itu sering bingung sebagai manusia, sering banyak penyesalan, dan kekusutan diri kita mempengaruhi cara menghadapi hidup. Itu semua karena kurangnya pengetahuan tentang diri sendiri versi organik," ungkap Lala Bohang saat berbincang dengan detikcom via Zoom, Senin (1/11/2021).
Karakter-karakter yang ditulis Lala Bohang seperti kepingan puzzle. Mereka saling bertautan di ruang-ruang terdekat dan bisa saja karakter itu muncul dalam cerita-cerita lainnya.
"Bisa saja di buku ini cuma ada empat karakter yang sebenarnya ada dengan cara yang tidak linier. Mungkin ada nenek buyut, nenek, ibu, dan lain-lain. Di 23 kisah itu berkelindan, ada sebab-akibat," lanjutnya.
Baca halaman berikutnya soal buku terbaru Lala Bohang.
Simak Video "Kevin Sanjaya dan Valencia Tanoesoedibjo Resmi Menikah di Paris"
[Gambas:Video 20detik]