Bulan suci Ramadan saatnya menjadi momen penuh berkah bagi umat muslim. Tak hanya digunakan untuk beribadah dan sedekah, namun juga bisa dengan berbagai aktivitas lainnya, salah satunya membaca.
Seorang ulama asal Kediri, Jawa Timur, Syekh Ihsan Jampers, menuliskan Kitab Tasawuf berjudul Siraju Ath-Thalibin. Buku itu menjadi rujukan dan institusi pendidikan Islam tersohor di dunia. Kitab ini dikenal memberikan ajaran dan tuntunan yang membuat insan manusia dapat menapaki jalan kebahagiaan dan anti galau.
Fakta menarik itu disampaikan oleh Ahmad Ginanjar Sya'ban, seorang Filolog Santri dalam talkshow Inspirasi Ramadan 2023 edisi hari kedua sahur yang digelar Badan Kebudayaan Nasional (BKN) PDI Perjuangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ginanjar mengatakan ada salah satu kutipan kitab yang menyatakan bahwa ketika cahaya kebaikan, spirit semesta, nilai-nilai ke-Tuhanan (seperti pemaaf, pemberi, pengasih, dan penyayang) itu bisa masuk ke hati kita, maka kehidupan akan terasa lapang dan bahagia.
"Hal itu karena filosofi hidup ini tergantung dari cara pandang kita dan bagaimana suasana hati kita. Ini pedoman kita agar jangan sedikit-sedikit galau," ucap Ginanjar dalam keterangan yang diterima.
Dia juga menjelaskan bahwa kitab Siraju Ath-Thalibin yang ditulis Syekh Ihsan Jampes Kediri memberikan banyak perspektif dan alternatif pemikiran.
"Bagaimana manusia dapat mencapai kebahagiaan yang sebenarnya. Salah satunya, melihat kebahagiaan tidak dari kepemilikan materi semata. Bisa saja orang kaya akan materi, tetapi belum tentu bahagia kan?" tutur Ginanjar.
Dia melanjutkan, kitab Siraju Ath-Thalibin karya Syekh Ihsan Jampes menjadi salah satu karya legendaris ulama Nusantara. Sampai sekarang kitab tersebut masih dijadikan rujukan dan diajarkan di Universitas Al Azhar Mesir.
Keistimewaan kitab tersebut yaitu mampu merangkum banyak kitab tasawuf para ulama dunia dengan susunan tata bahasa Arab yang sangat baik. Bahkan, ulama kondang Nusantara seperti Gus Dur dan Gus Mus pun pernah diajarkan kitab karya Syekh Ihsan tersebut saat menimba ilmu di Mesir.
"Menariknya, Syekh Ihsan tidak mempunyai pengalaman bermukim yang lama di Timur Tengah. Beliau asli produk Nusantara, belajar kepada abahnya, KH Dahlan, kakeknya, Kyai Soleh, dan ulama Nusantara lainnya tapi bahasa Arab-nya sangat luar biasa. Dia menulis kitab ditulis di Nusantara, berbahasa Arab, dibahas, dirujuk, dan diajarkan oleh ulama Arab di tanah Arab. Ini yang jarang ditemui," kata Ginanjar.
Sosok Syekh Ihsan Jampes Kediri adalah ulama yang sangat produktif. Kiai yang lahir pada 1901 dan wafat di tahun 1951 ini menuliskan banyak karya atau kitab. Selain kitab legendaris Siraju Ath-Thalibin yang dibuatnya saat umurnya masih 33 tahun, ia juga menulis berbagai kitab lainnya, salah satunya kitab yang membahas hukum mengisap rokok dan meminum kopi.
(tia/mau)