Kongres Penerbit Internasional yang ke-33 resmi dibuka mulai hari ini. Jakarta menjadi tuan rumah bagi perhelatan akbar yang diselenggarakan oleh Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan International Publishers Association (IPA), Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), dan Komite Jakarta Kota Buku.
Sejak tahun lalu, lokasi Jakarta yang menjadi tuan rumah sudah digembar-gemborkan. Berlangsung pada 10-12 November 2022 di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta Pusat, sebanyak 60 persen berasal dari luar negeri dan sisanya mancanegara.
"Dalam kongres ini kami punya ahli dalam industri perbukuan yang akan berbagi ilmunya dalam Kongres Penerbit Internasional ke-33 ini. Saya senang tahun ini ada 63 negara yang berpartisipasi, seharusnya kami menyelenggarakannya tahun lalu namun ditunda karena pandemi," ungkap Karine Pansa, Vice President IPA sekaligus Ketua Program dalam kongres, saat jumpa pers di Hotel Fairmont, Senayan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut keterangan Karine Pansa, tahun ini merupakan penyelenggaraan terbesar karena peserta yang mengikuti lebih banyak.
"Di tahun ini, kami membuat usaha yang lebih untuk kongres kali ini. IPA mendukung penerbit dan menempatkannya di tempat pertama," katanya.
Ketua Komite Jakarta Buku, Laura Bangun Prinsloo, pun menambahkan pemilihan Jakarta sebagai tuan rumah bagi Kongres Penerbit Internasional 2022 bukan sembarang keputusan.
"Jakarta sudah dipilih sebagai Jakarta Kota Buku merupakan sebuah pembuktian dalam semua level. Untuk meningkatkan daya minat baca, pengembangan, dan ini adalah salah satu cara kami untuk mencapai percakapan global di industri buku," katanya.
Jakarta, lanjut dia, merupakan sebuah melting pot atau pertemuan bagi berbagai etnis yang berbeda. Di Jakarta pula ditemukan ada banyak macam tipe orang.
"Di Jakarta pula kami memulai industri penerbitan. Kampung halaman kami ada di Jakarta. Sebanyak 60 persen industri buku pusatnya di Jakarta. Jadi untuk menikmati Jakarta Kota Buku, ini adalah tempat yang pas," ungkap Laura Bangun.
Mengusung tema 'Reading Matters, Embracing the Future', Kongres ini bakal menyajikan berbagai diskusi yakni kebebasan berekspresi dan berkarya, pembajakan buku, hak cipta atau copyrights sampai dampak di industri perbukuan internasional.
Baca juga: Jakarta Siap Jadi Kota Buku Dunia |
(tia/dal)