Sastrawan asal Singaraja Bali, Putu Oka Sukanta, menerima lifetime achievement atau penghargaan seumur hidup dari Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2022. Secara resmi, anugerah itu diberikan Jakarta sebelum adanya upacara penyerahan di Ubud akhir bulan ini.
Penghargaan Lifetime Achievement yang diberikan UWRF kepada Putu Oka Sukanta bukan sembarang anugerah. Setiap tahunnya, festival yang diselenggarakan di Ubud itu memberikan penghormatan kepada sosok yang berjasa di dunia literasi.
"Penghargaan yang kami berikan kepada penulis yang telah berkontribusi untuk Indonesia. Setiap tahun kami memberikannya kepada penulis senior yang telah bekerja dengan baik dan sekarang kami memiliki Putu Oka Sukanta," tutur Direktur Festival, Janet DeNeefe, saat ditemui awak media di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (6/10/2022).
Menurut penuturan Janet, sosok Putu Oka Susanta telah memberikan warisan kepada dunia sastra dan literasi di Indonesia.
"Saya senang mendengar cerita-ceritanya ketika berada di penjara dahulu kala. Beliau juga sangat menjaga kesehatan dengan minum minuman herbal dan berolahraga, dan mampu bertahan hidup di tahun-tahun yang sulit," ungkap Janet.
Penulis yang pernah dibui tanpa diadili selama 10 tahun di rezim Soeharto itu mengaku bahagia dan mengapresiasi penghargaan yang diterimanya saat ini.
"Ini adalah penghargaan personal atau individu atas karier berkarya saya selama empat dekade. Tentu saja, saya senang dan berterima kasih menerimanya di usia senja ini," ungkapnya ketika diwawancarai detikcom.
Pria yang kini berusia 83 tahun itu menuturkan sebelum menerima penghargaan seumur hidup ini, dia pernah mendapat pengakuan dalam anugerah Human Rights di New York. Sejumlah penghargaan dari mancanegara lainnya juga pernah disematkan kepadanya.
Karya-karya Putu Oka Sukanta dimuat dalam beberapa antologi internasional, di antaranya adalah Indonesian Contemporary Poetry (Indonesia 1963), This Prison Where I Live (London 1966), Voice of Cosciences (USA 1955), Bali Behind the Scene (Australia 1997), Silences Voices (Hawaii 2000), Menagerie IV (Indonesia 1998), dan Another Kinds of Paradise (Boston 2008).
Dia pun mengatakan menulis adalah aktivitas untuk menjadikannya manusia kembali. "Penghargaan yang diberikan kepada saya telah memperteguh saya untuk menulis dan bekerja di lapisan tersisih kekuasaan apapun," katanya.
"Saya lahir dari keluarga petani buta huruf dari Buleleng, Bali. Saya tidak punya akses bersekolah karena di masa kolonial. Di rumah tidak ada buku dan bahan bacaan lainnya, saya mempertanyakan tapi tidak ada jawaban yang memuaskan saya," ucap Putu Oka.
"Sejak awal saya menulis, tulisan saya merefleksikan kondisi masyarakat yang serba timpang. Sastra menurut saya punya potensi untuk meningkatkan kesadaran akan rasa keadilan dan kesetaraan yang berada," tukasnya.
Setelah menerima penghargaan, Putu Oka Sukanta membacakan salah satu puisinya yang dibuat pada 1961 berjudul Bali.
Beberapa bukunya sudah diterbitkan dalam bahasa Inggris, Jerman dan Prancis. Cuplikan novelnya, Leftover Soul, ditampilkan dalam Manoa: A Pacific Journal of International Writing. Putu juga menjadi contributing editor dari Latitudes dan staf anggota senior dari sebuah majalah alternatif, Nirmala.
Simak Video "Respons Rizky Billar Dikaitkan Artis R yang Terlibat Kasus Rafael Alun"
[Gambas:Video 20detik]
(tia/dal)