Jika masih hidup, Chairil Anwar bakal berusia 100 tahun atau satu abad lamanya tahun ini. Berbagai lokasi kantong budaya di Jakarta turut menggelar perayaan Seabad Si Binatang Jalang, termasuk pihak penerbit Gramedia Pustaka Utama atau GPU.
Putri tunggal Chairil Anwar dan Hapsah, Evawani Alissa, mengenang momen kenangan bersama ayahnya menurut penuturan sang ibundanya.
"Beliau masih muda sekali waktu saya dilahirkan. Apabila Chairil Anwar masih hidup, usianya sudah 100 tahun. Beliau meninggal waktu usia 27 tahun kurang 3 bulan, saya masih 1 tahun 10 bulan," katanya di Gramedia Matraman, Jakarta Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 100 Tahun Chairil Anwar Bergema di Jakarta |
Evawani masih ingat betul pesan ibundanya agar memanggil ayahnya dengan sebutan nama saja. "Katanya untuk memanggilnya Chairil Anwar saja," ungkapnya lagi.
Saat perayaan 100 tahun Chairil Anwar yang digelar GPU, sebanyak 200 orang memadati aula Gramedia Matraman. Ini bukan pertama kalinya, Evawani melihat pemandangan serupa, sebelumnya saat di Yogyakarta dan Pulau Dewata.
Dia mengaku kaget antusiasnya generasi muda untuk menghadiri acara perayaan Seabad Chairil Anwar.
"Kaget juga, tapi mungkin karena ada acara musik, anak-anak muda berbondong-bondong ingin melihat acaranya," katanya kepada detikcom.
Evawani tak menyangka sajak-sajak yang dibuat ayahnya semasa hidup masih membekas puluhan tahun kemudian. Bahkan ketika Chairil Anwar sudah tiada dan tinggal nama, namun karya-karyanya tak lekang oleh waktu.
"Saya kira itu kekuataan sajak-sajak Chairil Anwar ya, tema yang ditulis dengan bahasa yang sedemikian rupa, ternyata masih menghipnotis sampai sekarang," ungkap Evawani.
Sosok Si Binatang Jalang yang mati muda itu sukses menelurkan lebih dari 90 karya, termasuk 70 puisi yang sampai sekarang masih melegenda.
Sepanjang kariernya, Chairil Anwar sukses menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Pada 1942, dia mulai dikenal publik setelah pemuatan puisinya yang berjudul Nisan di usianya 20 tahun.
Sajak-sajak fenomenal lainnya di antaranya puisi Aku, Derai-Derai Cemara, Diponegoro, Senja di Pelabuhan Kecil, dan Doa.
Di awal dekade 1950-an, HB Jassin menobatkan Chairil Anwar bersama Asrul Sani dan Rivai Apin sebagai pelopor Angkatan '45 dan puisi modern Indonesia. Chairil Anwar meninggal pada 28 April 1949 ditetapkan sebagai Hari Puisi Nasional.
(tia/mau)