Platform komik digital menjamur sejak awal dekade 2010. Berbagai ruang bermunculan yang mendukung para konten kreator untuk berkarya sesuai minatnya.
Jadi komikus masa kini juga ada banyak peluang. Hal tersebut diungkap oleh kreator menyonisme, Fikri Izzaldin, asal Bandung.
Pria yang masih kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mengatakan industri komik Indonesia khususnya komik digital kembali naik belakangan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Nyelenehnya Si Menyonisme tapi Digemari |
"Banyak muncul kreator-kreator baru dengan ide yang kreatif, setiap orang bisa dengan mudah membuat 'brand' karakternya masing-masing. Belum lagi muncul platform baru seperti TikTok di mana kreator bisa dengan mudah menjangkau audiens baru di sana," kata Fikri kepada detikcom, belum lama ini.
Fikri juga menegaskan ada medium seperti NFT yang membuka ranah baru untuk kreator-kreator komik 'cicipi'.
"Selain itu, sekarang banyak juga kreator-kreator yang sudah menjamah ke format animasi, seperti Si Juki, Tahilalats, Si Nopal, Vernalta, dan lain-lain. Jadi wadah-wadah berkreasi sekarang jadi banyak banget juga saya lihatnya," katanya.
Menurutnya, tantangan terbesar saat ini adalah platform komik itu sendiri. Sekarang, komik-komik strip yang terbilang pendek dan ringan, menggunakan Instagram sebagai platform utama mereka.
Sementara saat ini, Fikri merasa Instagram sudah mulai tidak 'seenak' dahulu lagi.
"Saya merasakan sendiri perbandingan Instagram dahulu ketika tahun 2015-2017 (ketika postingan masih diurutkan secara kronologis), dan sekarang di era Instagram Reels 2022 dan segudang perhitungan algoritmanya, di mana faktor yang mempengaruhi apakah sebuah postingan saya bisa dilihat orang-orang, bahkan folllower saya sendiri, bisa banyak sekali, dan ada kecenderungan bahwa Instagram seperti mendorong kreator-kreator untuk memposting konten sesering mungkin," ungkapnya.
Jika tidak posting konten sesering mungkin, maka pengikut bakal merosot tajam.
"Sehingga audiens, bahkan mungkin follower saya sendiri jadi tidak bisa melihat konten yang saya posting di timeline mereka. Dan mungkin bagi banyak kreator di bidang kreatif, termasuk saya, yang belum bisa keep up dengan permintaan posting sesering mungkin seperti itu karena tuntutan profesi lain atau kewajiban lain, hal ini menjadi tantangan tersendiri," pungkasnya.
(tia/mau)