Petualangan T'Challa belum berakhir. Pangeran muda asal Wakanda itu kembali ke Amerika dalam sekuel Black Panther: Spellbound yang ditulis oleh pemenang penghargaan Coretta Scott King, Ronald L Smith.
Dalam Black Panther: Spellbound, T'Challa berusia 13 tahun dan tidak sabar untuk kembali ke Amerika mengunjungi teman-temannya Sheila dan Zeke yang tinggal bersama Nenek Sheila di Beaumont, sebuah kota kecil di Alabama.
T'Challa remaja senang akhirnya bisa berlibur dari jauh dari tugasnya sebagai Pangeran Wakanda selama beberapa minggu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun memanfaatkan aksesnya ke berbagai cita rasa kuliner dan hobinya untuk bertualang. Suatu hari, dia menemukan seorang pria yang menggunakan nama biasa Bob dan T'Challa berpikir itu bukanlah kebetulan.
Warga kota mulai mendapat pesan aneh dari seseorang bernama Bob, sampai seorang warga menghilang. Pangeran muda Wakanda itu pun turun tangan.
"T'Challa dan teman-temannya mulai melakukan pengintaian mereka sendiri, dan tak lama kemudian, ketiga remaja itu menemukan diri mereka sendiri. Tersapu dalam pertarungan melawan penjahat tak terduga dan jahat, T'Challa, Sheila, dan Zeke harus bersatu untuk menyelamatkan orang-orang Beaumont ... sebelum terlambat," tulis Marvel Comics di situs resminya.
Penulis cerita Ronald L Smith mengatakan ada banyak perubahan ketika masa remaja T'Challa. Karakternya tahu bagaimana dia seorang anak dari Black Panther yang juga menjadi target dari banyak musuh.
"Dia lebih sadar akan nasibnya, bahwa suatu hari akan naik takhta," katanya.
Dalam seri komik tersebut, T'Challa menghadapi suprantural dari dunia nyata. Dia yakin akan kekuataannya tapi juga tidak yakin akan dirinya sendiri.
"Dia terkadang tidak yakin pada dirinya sendiri. Dia Tapi dia juga tahu dia memiliki senjata yang kuat dengan setelan itu, jadi dia berpikir keras tentang kapan dan jika dia menggunakannya.Tentu saja, temannya Zeke ingin dia memakainya sepanjang waktu," katanya.
Dalam komik tersebut, tak hanya membahas petualangan si pemimpin Wakanda saja naun juga hubungan ras dan ketidakadilan di Amerika Serikat. Latar dari Wakanda ke Chicago lalu Alabama juga diceritakan dengan baik oleh sang komikus.
"Fiksi memungkinkan pembaca untuk mengalami kehidupan di luar situasi mereka sendiri. Sebuah novel berbeda dari buku teks atau ceramah dari seorang guru. Jika saya bisa membuat anak-anak belajar sedikit tentang sejarah melalui kacamata novel, dan tanpa kuliah, saya pikir itu hal yang baik. Penting untuk diingat bahwa pembaca adalah orang yang cerdas dan berpengetahuan luas," katanya.
"Menghindari topik ini (ras dan ketidakadilan) akan menjadi kesalahan, terutama dalam latar di kota Alabama, di mana begitu banyak sejarah, rasa sakit, dan kemenangan dibuat dalam perjuangan untuk hak-hak sipil," pungkas Ronald L Smith.
(tia/dal)