Seno Gumira Ajidarma, Emha Ainun Nadjib, hingga mendiang Sapardi Djoko Damono adalah beberapa deret nama yang sudah tak asing lagi di telinga. Khususnya bagi mereka yang gandrung dan mencintai dunia sastra Indonesia.
Sudah berpuluh buku yang lahir lewat tangan-tangan dan pikiran kreatif mereka selama ini. Kabar baiknya, lewat Penerbit Pabrik Tulisan karya-karya mereka akan diterbitkan kembali: Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma, "M" Frustrasi karya Emha Ainun Nadjib, dan yang terakhir, yang diterbitkan secara anumerta Sastra dan Pendidikan karya Sapardi Djoko Damono.
"Saksi Mata dan "M" Frustrasi memang bukanlah karya baru. Saksi Mata pertama kali terbit tahun 1994. Cerita-cerita dalam kumpulan cerpen tersebut ditulis berdasarkan pemberitaan mengenai Insiden Dili yang sempat membuat Seno Gumira Ajidarma dilepaskan untuk sementara dari tugasnya sebagai redaktur," kata redaktur Pabrik Tulisan, Ipank Pamungkas kepada wartawan, Senin (22/11/2021).
Dalam buku kumpulan cerita pendek ini, kata Ipank, banyak dikisahkan tentang penderitaan dan kekejaman yang melampau batas Nalar. Seperti dalam salah satu ceritanya misalnya, tentang bagaimana telinga manusia dijadikan hadiah, mata dijadikan bahan sup, dan berbagai hal-hal tragis lainnya.
"Melalui karya sastra ini, Seno Gumira Ajidarma, mengabadikan Insiden Dili pada masa-masa tersebut," jelasnya.
![]() |
Sementara "M" Frustrasi merupakan buku kumpulan sajak pertama Emha Ainun Nadjib yang dibukukan. Buku ini pertama kali terbit tahun 1976. Kebetulan buku ini dulu juga diterbitkan Pabrik Tulisan.
"Setelah kurang lebih 45 tahun, akhirnya Pabrik Tulisan menerbitkannya kembali. Sajak-sajak dalam buku ini menurut Emha hanyalah cermin-cermin kecil sebagai proses pembelajaran yang kecil-kecil juga, di hadapan masa depan yang benderang atau gelap. Sajak-sajak yang ia tulis di tahun 1970-an ini, bagi Emha ternyata memang merupakan judul besar dari sejarah hidupnya," ungkapnya.
"Sebuah fakta frustrasi, tetapi disertai ketakjuban dan penghormatan kepada Penerbit 'Pabrik Tulisan', terutama untuk tulisan sahabatnya, Seno Gumira Ajidarma-yang dalam tulisan pengantarnya untuk buku ini 'ngonangi' kalanggengan frustrasi Emha Ainun Nadjib," sambungnya.
Terakhir, buku Sastra dan Pendidikan merupakan satu-satunya buku yang belum pernah terbit sebelumnya. Buku ini disusun setelah Sapardi meninggal pada 19 Juli 2020.
![]() |
"Membaca buku ini kita akan mendapati bahwa sastra dan pendidikan memang menjadi dua bidang yang tidak bisa dipisahkan. Meski dalam pelaksanaannya memang bermacam-macam. Seperti sering diklaim oleh berbagai pihak, sastra bisa dijadikan sebagai sarana pendidikan karakter karena di dalamnya terkandung berbagai pesan kemanusiaan yang layak dijadikan pandangan dan sikap hidup," urainya.
Sapardi yang selama ini dikenal sebagai sastrawan, pun tak lepas dari pengajaran atau pendidikan. Seperti yang ia sampaikan dalam salah satu esainya dalam buku ini, 'Selama setidaknya sepuluh tahun ini saya telah menyampaikan berbagai impian dan gagasan mengenai pengajaran sastra di sekolah. Hal itu mungkin disebabkan saya kebetulan seorang guru, atau seorang sastrawan, atau mungkin karena saya ini guru yang kebetulan sastrawan'.
"Sebagai penutup dan sebagai kabar bahagia, ketiga buku tersebut akan terbit pada akhir bulan November tahun ini oleh Penerbit Pabrik Tulisan, Yogyakarta," pungkasnya.
Simak Video "Sebut Jokowi Firaun, Cak Nun Ngaku Kesambet"
[Gambas:Video 20detik]
(tia/tia)