Buku ketiga setebal 1.136 halaman itu diberi judul 'Nagabumi III: Hidup dan Mati di Chang'an'. Awalnya novel ini terbit sebagai cerita bersambung atau cerbung di dua media massa, harian umum Suara Merdeka Semarang dari 7 Agustus 2009 sampai 2 Desember 2009 yang berjudul 'Nagabumi'.
Kemudian disambung terbit di harian umum Jawa Pos Surabaya dari 1 Juli 2014 hingga 3 Juli 2015 dengan judul 'Naga Jawa: Petualangan di Negeri Atap Langit'. Di buku ketiga, penulis 'Sukab' kembali melanjutkan kisah Pendekar Tanpa Nama.
Pendekar Tanpa Nama itu bertualang ke Chang'an ibukota Negara Atap Langit dan memburu Harimau Tanpa Nama si pembunuh kekasihnya. Dalam perjalanan tersebut Pendekar Tanpa Nama terlibat dalam banyak peristiwa besar, intrik politik kerajaan hingga perebutan perempuan.
"Novel ini mengembalikan tradisi cerita silat yang lama tidak muncul dalam dunia sastra kita. Menggabungkan ilmu silat, kanuragan, sekaligus kisah para tokoh yang mengagumkan," tutur Mirna Yulistianti, editor senior bidang sastra Gramedia Pustaka Utama dalam siaran pers yang diterima detikcom, Kamis (24/10/2019).
Bagi pembaca setia 'Nagabumi', butuh waktu 8 tahun untuk terbit buku ketiga. Mirna menuturkan pembaca Seno sudah menanyakan kelanjutan 'Nagabumi' sejak lama.
"Walaupun Februari lalu kami juga baru menerbitkan kumpulan cerita pendek terbaru 'Transit: Urban Stories', tapi tampaknya kerinduannya memang spesifik kepada cerita silat. Semoga terbitnya Nagabumi III dapat menjadi patron bagi perkembangan genre cerita silat di Indonesia," ujar Mirna.
Sebelumnya Seno Gumira Ajidarma menerbitkan 'Nagabumi I: Jurus Tanpa Bentuk' yang terbit pada 2009. Serta 'Nagabumi II: Buddha, Pedang, & Penyamun Terbang' di tahun 2011. Rencananya seri 'Nagabumi' bakal rilis sebagai pentalogi.
Simak Video "Puasa di Makkah, Dinar Candy Tak Bawa Makanan Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]
(tia/nu2)